Kerusakan jembatan gantung Bobojong di Kampung Sukaresmi, Desa Girimukti, Kecamatan Campaka, Kabupaten Cianjur, telah mengganggu aktivitas warga, terutama pelajar dan guru. Namun, di tengah situasi ini, seorang guru Sekolah Dasar (SD) menunjukkan dedikasi luar biasa demi memenuhi panggilan tugas.
Dilansir laman Berita Satu, Syarif Hidayat, seorang guru di SD Margalaksana, tak gentar menantang derasnya arus sungai untuk sampai ke sekolahnya. Ia memilih menyeberangi sungai yang berbahaya dibandingkan memutar melalui jalur alternatif yang jauh lebih panjang.
“Ya, saya cari bagian sungai yang tidak terlalu dalam. Kalau lewat jalan alternatif harus memutar jauh, jadi saya memberanikan diri menyeberangi sungai meski arusnya deras,” ujar Syarif pada Jumat (10/1/2025).
Jembatan Gantung Roboh, Akses Warga Lumpuh
Jembatan gantung Bobojong, yang telah berdiri sejak 2008, roboh pada Kamis (9/1/2025) sekitar pukul 12.30 WIB akibat tali sling yang rapuh. Jembatan sepanjang 35 meter ini merupakan akses utama yang menghubungkan beberapa kampung di Kecamatan Campaka dan Kecamatan Cibeber. Insiden tersebut terjadi saat jembatan tengah dilalui sejumlah warga dan pelajar, menyebabkan tiga orang mengalami luka ringan.
“Ada tiga orang yang jatuh, tetapi hanya luka ringan. Ini karena jembatan sudah terlalu lama digunakan,” kata Dadan Juhaendi, seorang warga setempat.
Jembatan ini merupakan jalur vital bagi lebih dari 300 kendaraan bermotor setiap harinya. Warga pun merasa kesulitan setelah akses ini terputus, terutama anak-anak sekolah yang kini harus mencari jalur alternatif.
Pelajar Mengeluh Akibat Jarak yang Memutar Jauh
Bagi pelajar seperti Muhammad Iyan, siswa SMP, kerusakan jembatan ini menambah beban perjalanan ke sekolah. Ia kini harus menempuh jarak lebih jauh untuk sampai ke sekolahnya.
“Kalau lewat jalan alternatif jadi agak jauh. Kalau lewat sungai takut karena arusnya besar dan bisa basah,” kata Iyan.
Keluhan serupa juga disampaikan Elsa, pelajar lainnya, yang mengaku harus memutar hingga tiga kilometer lebih jauh.
“Jauh mutarnya, ada jembatan seperti ini juga di tempat lain, tetapi kalau lewat sini lebih cepat,” ujarnya.
Harapan Warga untuk Perbaikan Cepat
Warga telah melaporkan kerusakan ini kepada pemerintah desa setempat. Menanggapi laporan tersebut, pihak desa berjanji akan segera melakukan pengecekan dan perbaikan agar aktivitas warga kembali normal.
“Kami berharap pemerintah daerah segera turun tangan untuk memperbaiki jembatan ini. Kasihan anak-anak sekolah dan warga yang tidak punya kendaraan,” ujar Dadan.
Bagi guru seperti Syarif Hidayat, jembatan ini bukan sekadar infrastruktur, tetapi penopang semangat belajar anak-anak di pelosok desa. Dedikasi dan keberaniannya seharusnya menjadi inspirasi bagi banyak pihak, termasuk pemerintah, untuk segera memastikan akses pendidikan tidak lagi terhambat oleh kerusakan fasilitas umum.
Perlu Perhatian Serius
Jembatan gantung Bobojong adalah simbol penting dari kebutuhan infrastruktur di daerah terpencil. Dengan kerusakan yang menyebabkan risiko besar, terutama bagi pelajar dan guru, masyarakat berharap ada tindakan cepat dan nyata untuk memperbaiki jembatan tersebut.
Demi masa depan pendidikan dan keselamatan warga, upaya bersama antara pemerintah dan masyarakat sangat diperlukan. Karena pendidikan, seperti dedikasi Syarif, adalah jembatan bagi masa depan yang lebih baik.