![]() |
Masjid peninggalan Mama Kandang Sapi yang dibuat 1987 dan di belakangnya masjid yang dibangun sang cucu H Munandar berdiri megah. |
KIAI Haji Opo Musthofa atau yang akrab disapa Mama Kandang Sapi dikenal sebagai sosok sederhana yang santun kepada semua kalangan usia, baik yang sudah sepuh maupun yang masih muda.
Tokoh penyebar Islam yang lahir di Garut tahun 1848 ini diketahui pernah berguru di Bale Rante Cirebon satu kobong bersama dengan Presiden RI pertama, Soekarno.
Tak heran jika Mama Kandang Sapi begitu akrab dengan lingkungan istana saat itu karena sering dipanggil ke istana oleh Soekarno.
Mama Kandang Sapi membantu perjuangan dengan melakukan doa bersama sebelum peperangan.
"Presiden Soekarno saat itu sangat percaya doa yang dipanjatkan Mama Kandang Sapi makbul dalam setiap membekali pejuang ketika akan berperang melawan penjajah," ujar Ustaz H Munandar, cucu dari Kiai H Opo Musthofa, saat ditemui di pesantren KH Opo Musthofa, Sabtu (2/6/2018).
Begitupun sebaliknya, karena keakraban yang terjalin sejak sama-sama mondok di Bale Rante, Soekarno juga sering berkunjung ke Mama Kandang Sapi untuk bersilaturahmi.
Di masa perjuangan revolusi, tausiah yang dilakukkan Mama Kandang Sapi begitu membakar semangat pejuang agar melawan penjajah.
Beberapa doa yang diberikan sempat membuat para tentara kebingungan melihat keberadaan para pejuang.
Mama selalu berpesan agar para pejuang diteguhkan hatinya dalam setiap peperangan.
"Saat itu pernah Kampung Kandang Sapi dihujani bom dan ditembaki dari pesawat tempur. Semua santri saat itu mengalami kepanikan. Orang-orang banyak yang berhamburan menyelamatkan diri masing-masing. Lalu seketika Mama berlari ke area yang menjadi sasaran tembak Belanda. Di tempat tersebut beliau menengadahkan tangan ia meminta perlindungan kepada Allah SWT. Tiba-tiba muncul kabut tebal menyelimuti wilayah Kandang Sapi. Pesawat Belanda pun kebingungan dan berbalik pulang, beberapa di antaranya terjatuh," kata Munandar.
Atas jasanya tersebut pemerintah Kabupaten Cianjur mengabadikan nama Mama menjadi nama jalan antara Maleber dan Kandang Sapi menjadi Jalan KH Opo Musthofa.
Di masa mudanya Mama Kandang Sapi berguru pada ulama-ulama besar seperti Syeh Kholil di Bangkalan Madura, Mama Guru Bale Rante Cirebon, dan Mama Benda Gadung.
Mama Kandang Sapi menerapkan metode pengajaran tasawuf pengamalan secara pribadi melalui kitab-kitab yang hingga kini masih dipraktikan di pesantren yang beberapa bangunan peninggalan sejarahnya masih terawat dengan baik ini.
Dari beberapa keterangan, nama Kandang Sapi pasti banyak yang menebak ada peternakan sapi. Namun di tempat ini tidak terdapat kandang sapi.
![]() |
Ustaz H Munandar Cucu dari KH Opo Musthofa di depan Makam KH Opo Musthofa. (Tribun Jabar/Ferri Amiril Mukminin) |
Sebutan tersebut diucapkan oleh warga yang merasa sembuh setelah melakukan pengobatan lahir dan bathin kepada KH Opo Musthofa saat itu.
Pengertian kandang sapi lebih kepada rumah pengobatan karena kabar beredar Mama Kandang Sapi suka menolong dan melakukan pengobatan.
Pernah ada cerita selagi muda Mama Kandang Sapi kedatangan tamu. Tamu tersebut meminta agar Mama Kandang Sapi mengobati penyakitnya, meski Mama telah menolak namun tamu tersebut sedikit memaksa.
Mama akhirnya mau memberikan air putih pada cangkir batok kelapa yang disertai doa, atas izin Allah SWT seketika orang tersebut sembuh.
Sejak saat itu rumah Mama kebanjiran pengunjung yang minta diobati lahir dan bathinnya. Setiap hari rumahnya disesaki pengunjung bahkan banyak yang tak kebagian tempat dan akhirnya bergerombol di halaman rumah, sejak itu sebutan kandang sapi pun akrab di warga Cianjur.
Mama dikenal dermawan ia tak menerima bantuan dari warga yang berkunjung, sedekah yang didapat ia berikan lagi kepada warga sekitar atau santrinya yang kurang mampu.
Hingga kini pesantren Kandang Sapi hanya dihuni oleh sekitar 42 orang santri salafiyah. Para santrinya pun tak dipungut biaya apapun.
Pengelolaan pesantren dan perawatan makam didanai oleh anak-anak dan cucu Mama Kandang Sapi.
Sejak dulu memang pesantren ini dikenal mandiri dalam mengelola para santrinya yang dipupuk dengan ilmu agama dibiayai hingga menjadi Kiai.
"Mama membekali beberapa lahan sawah untuk membiayai pesantren dan santri," kata Munandar.
Mama Kandang Sapi berangkat ke Cianjur pada usia 50 tahun dan mendirikan pesantren.
Saat itu yang menjadi rekan mendirikan pesantren di wilayah Cianjur adalah Mama Gentur dan Mama Ciharasas.
Berbeda dengan pesantren lainnya, hingga saat ini pesantren Kandang Sapi netral dan tidak memihak satu partai politik manapun.
"Itu sesuai dengan pesan mama dulu dan tetap kami pegang hingga sekarang. Pembangunan masjid ini pun kami lakukan secara mandiri," kata Munandar.
Mama Kandang Sapi memiliki sembilan orang anak dari empat istri.
Mereka adalah KH Fatah yang mendirikan pesantren Ciandam, Hj Khotimah yang mendirikan pesantren Sindang Reret, Hj Zakiyah, KH Sadili, KH Hidayat, Hj Hasanah, KH Miftah, Hj Fatonah, dan KH Jamaludin.
Keempat istri Mama Kandang Sapi tinggal berdekatan dan selalu diperlakukan adil.
Hal tersebut terlihat dari empat rumah yang dibangun serupa lengkap dengan tanamannya.
"Di depan rumah istri-istrinya ada jeruk bali dan pohon jambu yang seragam ditanam," katanya.
Mama Kandang Sapi dikenal sebagai Kiai Sufi.
Ia meninggal tahun 1977 pada usia 133 tahun.
Selama 93 tahun sejak usia remaja beliau rajin berpuasa.
Setiap harinya mama berpuasa dan tak pernah batal mudlu.
"Kecuali pada hari tasyrik hari-hari dilarang berpuasa, atau saat dikunjungi sahabat dan kerabatnya beliau tak berpuasa," kata Munandar.
Sesuai dengan wasiat beliau dikuburkan di depan masjid yang dibangunnya tahun 1897.
Masjid yang seluruh bangunannya terbuat dari kayu masih berdiri kokoh hingga sekarang.
=====================================================================
Artikel ini telah tayang di tribunjabar.id dengan judul Mengenal Sosok KH Opo Musthofa 'Mama Kandang Sapi', Teman Seperjuangan Soekarno, http://jabar.tribunnews.com/2018/06/03/mengenal-sosok-kh-opo-musthofa-mama-kandang-sapi-teman-seperjuangan-soekarno?page=4.
Penulis: Ferri Amiril Mukminin
Editor: Fauzie Pradita Abbas
Pengertian kandang sapi lebih kepada rumah pengobatan karena kabar beredar Mama Kandang Sapi suka menolong dan melakukan pengobatan.
Pernah ada cerita selagi muda Mama Kandang Sapi kedatangan tamu. Tamu tersebut meminta agar Mama Kandang Sapi mengobati penyakitnya, meski Mama telah menolak namun tamu tersebut sedikit memaksa.
Mama akhirnya mau memberikan air putih pada cangkir batok kelapa yang disertai doa, atas izin Allah SWT seketika orang tersebut sembuh.
Sejak saat itu rumah Mama kebanjiran pengunjung yang minta diobati lahir dan bathinnya. Setiap hari rumahnya disesaki pengunjung bahkan banyak yang tak kebagian tempat dan akhirnya bergerombol di halaman rumah, sejak itu sebutan kandang sapi pun akrab di warga Cianjur.
Mama dikenal dermawan ia tak menerima bantuan dari warga yang berkunjung, sedekah yang didapat ia berikan lagi kepada warga sekitar atau santrinya yang kurang mampu.
Hingga kini pesantren Kandang Sapi hanya dihuni oleh sekitar 42 orang santri salafiyah. Para santrinya pun tak dipungut biaya apapun.
Pengelolaan pesantren dan perawatan makam didanai oleh anak-anak dan cucu Mama Kandang Sapi.
Sejak dulu memang pesantren ini dikenal mandiri dalam mengelola para santrinya yang dipupuk dengan ilmu agama dibiayai hingga menjadi Kiai.
"Mama membekali beberapa lahan sawah untuk membiayai pesantren dan santri," kata Munandar.
Mama Kandang Sapi berangkat ke Cianjur pada usia 50 tahun dan mendirikan pesantren.
Saat itu yang menjadi rekan mendirikan pesantren di wilayah Cianjur adalah Mama Gentur dan Mama Ciharasas.
Berbeda dengan pesantren lainnya, hingga saat ini pesantren Kandang Sapi netral dan tidak memihak satu partai politik manapun.
"Itu sesuai dengan pesan mama dulu dan tetap kami pegang hingga sekarang. Pembangunan masjid ini pun kami lakukan secara mandiri," kata Munandar.
Mama Kandang Sapi memiliki sembilan orang anak dari empat istri.
Mereka adalah KH Fatah yang mendirikan pesantren Ciandam, Hj Khotimah yang mendirikan pesantren Sindang Reret, Hj Zakiyah, KH Sadili, KH Hidayat, Hj Hasanah, KH Miftah, Hj Fatonah, dan KH Jamaludin.
Keempat istri Mama Kandang Sapi tinggal berdekatan dan selalu diperlakukan adil.
Hal tersebut terlihat dari empat rumah yang dibangun serupa lengkap dengan tanamannya.
"Di depan rumah istri-istrinya ada jeruk bali dan pohon jambu yang seragam ditanam," katanya.
Mama Kandang Sapi dikenal sebagai Kiai Sufi.
Ia meninggal tahun 1977 pada usia 133 tahun.
Selama 93 tahun sejak usia remaja beliau rajin berpuasa.
Setiap harinya mama berpuasa dan tak pernah batal mudlu.
"Kecuali pada hari tasyrik hari-hari dilarang berpuasa, atau saat dikunjungi sahabat dan kerabatnya beliau tak berpuasa," kata Munandar.
Sesuai dengan wasiat beliau dikuburkan di depan masjid yang dibangunnya tahun 1897.
Masjid yang seluruh bangunannya terbuat dari kayu masih berdiri kokoh hingga sekarang.
=====================================================================
Artikel ini telah tayang di tribunjabar.id dengan judul Mengenal Sosok KH Opo Musthofa 'Mama Kandang Sapi', Teman Seperjuangan Soekarno, http://jabar.tribunnews.com/2018/06/03/mengenal-sosok-kh-opo-musthofa-mama-kandang-sapi-teman-seperjuangan-soekarno?page=4.
Penulis: Ferri Amiril Mukminin
Editor: Fauzie Pradita Abbas