-->

Iklan

Hubungan Falsafah dan Agama

terasmudacianjur
Jumat, 07 September 2018, 09.00 WIB Last Updated 2024-06-24T18:44:12Z

Banyak orang mempertanyakan, bagaimana hubungan antara falsafah atau filsafat dengan agama? Hal itu terjadi karena ada anggapan bahwa keduanya (filsafat dan agama) merupakan salah satu jalan menuju kebenaran. Maka, wajar kiranya jika banyak orang mempertanyakan hubungan keduanya. Kekhawatiran tumpang tindih antara keduanya begitu besar, sehingga dapat menyebabkan kegamangan bagi yang mempelajarinya.

Ada pula yang memahami bahwa keduanya tidaklah memiliki hubungan karena filsafat lahir dari pemikiran manusia sedangkan agama adalah sesuatu yang datangannya langsung dari Tuhan yang mahakuasa. Meski keduanya kadang memiliki objek analisa yang sama, namun keduanya dianggap berbeda karena sistematika penghayatan atau pemaknaannya berbeda. Agama adalah sesuatu yang bersifat dogmatik dan mapan (tidak dapat diganggu gugat) sedangkan filsafat justru kebalikannya. Hasan Bisri (2014: 9) mengatatakan bahwa dalam filsafat tidak ada kata pasti. Semuanya serba mungkin dan kemungkinan filosofisnya serba pasti sebagaimana kepastiannya yang serba mungkin.

Selain itu, keberadaan filsafasat tidak jarang dianggap sebagai perusak religiusitas seseorang. Hal itu didasarkan pada perubahan pemikiran, sikap, dan perilaku manusia yang tadinya religius namun setelahnya belajar filsafat mereka acapkali mengabaikan atau malah meninggalkan kereligiusitasannya. Namun, penulis meyakini bahwa itu adalah bentuk dari ketidak-utuhan seseorang yang dalam menilai filsafat atau falsafah. Tujuan mempelajari filsafat adalah untuk mencapai suatu kebenaran, kebahagiaan, dan kebijaksanaan. Untuk mencapai semua itu, manusia diajarkan untuk belajar dan melakukan pencarian bukan meninggalkan sesuatu yang telah mapan. Seseorang yang belajar filsafat dengan benar akan mencintai kebijaksanaan dan bukan merusak akidah.

Sebenarnya filsafat dan agama dapat menjadi dua variabel yang harmonis. Dari buku yang berjudul “Filsafat Islam” karangan Sulaeman (2014), penulis mencoba menuliskan kembali tentang peranan filsafat bagi agama. Ada empat peranan yang dapat dilakukan filsafat bagi agama agar terjadi hubungan yang harmonis: (1) filsafat adalah seni pemakaian nalar secara tepat dan bertanggung jawab, filsafat dapat membantu agama dalam memastikan wahyu; (2) filsafat selalu dan sudah memberikan pelayanan itu kepada ilmu yang mencoba mensistemasikan, membetulkan, dan memastikan ajaran agama yang berdasarkan wahyu, yaitu ilmu teologi; (3) filsafat dapat membantu agama dalam menghadapi masalah-masalah baru, artinya masalah-masalah yang pada waktu wahyu diturunkan belum ada dan tidak dibicarakan secara langsung dalam wahyu; dan (4) melalui kritik ideologis, filsafat menganalisa klaim-klaim ideologi secara kritis, mempertanyakan dasarnya, memperlihatkan implikasinya, dan membuka kedok kepentingan yang mungkin ada di belakang agama.

Dengan adanya keberadaan filsafat atau falsafah, diharapkan kehidupan beragama akan lebih baik lagi. Secara bersama-sama, filsafat dan agama dapat menjawab dan menyelesaikan segala bentuk persoalan yang tumbuh dan berkembang pada berbagai zaman. Albert Einstein mengatakan ilmu tanpa agama, buta; agama tanpa ilmu, lumpuh. Maka sebagai manusia yang beragama kita harus senantiasa belajar, berpikir, dan senantiasa melakukan pencarian. Jadi, hubungan filsafat atau falsafah dengan agama dapat kita ciptakan sebagai suatu hubungan yang harmonis dan tidak tumpang tindih.


Penulis: Zaka Vikryan
Sumber asli: Etos Kerja Urang Sunda Menurut Perspektif Al-Qur'an

Daftar Pustaka
Al-Qur’an.
Basri, Hasan. 2014. Filsafat Pendidikan Islam. Bandung: CV Pustaka Setia.
Burdansyah, Cecep. 2002. Anak Jadah. Bandung: PT Kiblat Buku Utama.
Husain Al Munawar, Said Agil. 2005. Aktualisasi Nilai-Nilai Qur’ani dalam Sistem Pendidikan Islam. Ciputat: Ciputat Press.
Kamus Besar Bahasa Indonesia offline.
Rahayu Tamsyah, Budi. 1999. 1000 Babasan jeung Paribasa Sunda. Bandung: CV Pustaka Setia.
Raji Al-Faruqi, Ismail. 1995. Tahuid. Bandung: Penerbit Pustaka.
Riyadi, Ahimsa. 2005. Quranic Quotient for A Lasting Success. Depok: Pustaka IIMaN.
Rosidi, Ajip. 1993. Terkenang Topeng Cirebon. Jakarta: Pustaka Jaya.
Rosidi, Ajip. 2010. Mencari Sosok Manusia Sunda. Jakarta: Pustaka Jaya.
Saleh. 1985. Tuntunan Kepramukaan. Bandung: Gerakan Pramuka Kwartir Cabang Kabupaten Daerah Tinggkat II Kuningan, bekerja sama dengan Pemerintah Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Kuningan, Masa Karya Offset Bandung.
Sardar, Ziauddin. 2014. Ngaji Quran di Zaman Edan. Jakarta: PT Serambi Ilmu Semesta.
Sulaeman. 2014. Filsafat Islam. Yogyakarta: Deepublish.
Komentar

Tampilkan

  • Hubungan Falsafah dan Agama
  • 0

Terkini