Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang majemuk masyarakat yang memiliki kebudayaan yang beranekaragam, mulai dari sabang hingga merauke dan keanekaragaman ini tentu memiliki kebudayaan yang berbeda yang merupakan hasil dari cipta, rasa, karsa manusia yang menjadi sumber kekayaan bagi bangsa Indonesia. Bangsa Indonesia adalah bangsa yang pluralisme maka akan terlihat pula berbagai suku bangsa, setiap suku bangsa memiliki ciri khas kebudayaan yang berbeda pula berdasarkan letak geografis atau keadaan sosiologi dari masyarakat tersebut. Suku Sunda merupakan salah satu suku bangsa yang ada di Indonesia dan lebih tepatnya dipulau Jawa.
Suku sunda memiliki keunikan tersendiri yang membedakan dengan suku bangsa lainnya yang tercermin dari bahasa, tingkah laku, tradisi dan hal sebagainya. Suku sunda merupakan kelompok etnis yang berasal dari bagian barat pulau Jawa, Indonesia. Pada umumnya suku sunda ber-mata pencaharian sebagai seorang petani atau becocok tanam, dan pada umumnya pula masyarakat suku sunda tidak suka untuk merantau atau hidup berpisah dengan orang-orang sekerabatnya, karena pusat kota terdapat di Jawa Barat sehingga sarana prasarana seperti pendidikan, hiburan, pantai, mall, pegunungan, persawahan, perkantoran, tempat keagamaan dan semua hal yang dibutuhkan ada di Jawa Barat atau sekitarnya bahkan apabila ingin ke ibukota Jakarta cukup beberapa kilometer saja untuk ditempuh. Sehingga banyak orang Jawa Barat yang enggan pergi keluar Jawa Barat, karena semua peluang terdapat disini.
Menurut Ahmad Heryawan pada suku sunda yang merupakan etnis kedua terbesar di Indonesia, sekurang-kurangnya 15,2 % penduduk indonesia merupakan orang sunda dan mayoritas orang sunda beragama Islam namun sebagian kecil pula ada yang beragama Kristen, Hindu, dan Sunda wiwitan/ Jati sunda. Agama sunda wiwitan masih bertahan dibeberapa komunitas pedesaan di suku sunda, seperti di Kuningan dan masyarakat suku Baduy yang terletak di Lebak Banten yang dapat dikatakan berkerabat dekat dengan suku Sunda.
Bahasa Sunda
Bahasa Sunda merupakan bahasa yang banyak digunakan sebagian besar penduduk Jawa Barat, Bahasa Sunda mengenal 3 tingakatan dalam tata cara berbahasa yang pertama yaitu Bahasa sunda lemes atau halus yang dipergunakan untuk berbicara dengan orang yang lebih tua atau orang yang dihormati contohnya kepada orangtua, kakak, atau kepada orang lain yang umurnya lebih tua. Yang kedua yaitu Bahasa Sunda dipergunakan kepada yang seumuran baik usia maupun statusnya. Dan yang terakhir yaitu Bahasa Sunda kasar yang digunakan untuk binatang.
Orang Sunda cenderung dalam berbahasa Sunda sering menggunakan logat yang mudah dikenali yang bisa dikenal dengan logat yang halus dan berbeda. Hal ini dikarenakan orang sunda suka menggunakan kata kata yang khas seperti “ mah, teh, nya, da, atuh, sok,weh, ceunah”. Sebagai contoh “ dakumaha atuhnya wa abdi mah teu tiasa lamun bade kapendak sareng si geulisteh sok degdegan wae nya “ dan itulah salah satu contoh dari kata kata yang mungkin sering digunakan dalam masyarakat sunda. Selain itu orang sunda dalam melafalkan kata-kata mayoritas tidak dapat membedakan pengucapan F dan V dan merubahnya dengan huruf P. Kebiasaan orang sunda ini selalu menukarkan huruf tersebut sebagai contoh TV menjadi tipi dan fitnah jadi pitnah. Dan yang terakhir bahwa dalam berbahasa orang sunda selalu memiliki keramah tamahan ketika menyapa dan mengucapkan salam kepada orang lain dengan ciri khas logatnya.
Kebudayaan Suku Sunda
Setelah kita mengetahui mengenai sejarah sunda, bahasa sunda, dan stratifikasi masyarakat sunda, maka budaya sunda juga perlu dipahami. Suku Sunda memiliki filosofi yang patut kita teladani dan kita implementasikan dalam kehidupan sehari-hari yaitu silih asah silih asih, sareng silih asuh. Ketiga filosofi tersebut menggandung arti yaitu menumbuhkan sifat dan sikap untuk saling mengasuh, saling mengasihi, dan saling berbagi pengetahuan dan pengalaman antar sesama masyarakat.
Masyarakat di Jawa Barat khususnya suku sunda memiliki sedikit perbedaan dengan masyarakat lain dinusantara, masyarakat jawa barat yang berbahasa sunda sangat dipengaruhi budaya yang berakar pada nilai-nilai yang berasal dari tradisi masyarakat setempat dan dalam interaksi sosial, masyarakat di Jawa Barat menganut falsafah seperti yang telah disebutkan tadi. Rasa persaudaraan menciptakan keakraban masyarakat sunda dengan lingkungan sehingga tampak dari bagaimana masyarakat jawa barat khususnya suku sunda mereka memelihara kelestarian lingkungan dengan cara penuh kerja sama dengan warga setempat. Sehingga di provinsi Jawa Barat ini banyak muncul masyarakat yang atas inisiatifnya sendiri dapat memelihara lingkungan mereka.
Selain memiliki filosofi masyarakat sunda memiliki upacara adat dalam perkawinan agar sikap untuk saling mengasuh dan mengasihi dapat terimplementasi maka dalam upacara adat perkawinan suku sunda yaitu terdapat acra membelah mayang jambe dan buah pinang yang dilaksanakan oleh calon pengantin pria yang memiliki makna agar keduanya saling mengasihi dan dapat menyesuaikan diri dalam rumah tangga.
Daftar Pustaka
· Antara, 2015, Gubernur Jabar: Sunda Etnis Kedua Terbesar di Indonesia, http://www.beritasatu.com/nasional/249201-gubernur-jabar-sunda-etnis-kedua-terbesar-di-indonesia.html· Dixon L. Roger, Sejarah Suku Sunda,http://www.seabs.ac.id/journal/oktober2000/Sejarah%20Suku%20Sunda.pdf
· Fathoni Ahmad, Kebudayaan Suku Bangsa sunda,http://www.zonasiswa.com/2015/10/kebudayaan-suku-bangsa-sunda.html
Sumber artikel:http://menginspirasi-bersama-publik.blogspot.com
[1] Antara, “ Gubernur Jabar: Sunda Etnis Kedua Terbesar di Indonesia”,beritasatu.com, http://www.beritasatu.com/nasional/249201-gubernur-jabar-sunda-etnis-kedua-terbesar-di-indonesia.html , diakses pada tanggal 02 mei 2016 pukul 14.30
[2] Adhida, “Masyarakat Sunda Dalam Berprilaku Didalam Kehidupan Sosial”, kompasiana, http://www.kompasiana.com/adhida/masyarakat-sunda-dalam-berprilaku-didalam-kehidupan-sosial_54f82e4fa33311d4178b5168 , diakses pada tanggal 02 mei 2016 pukul 14.56
[3] Dixon L. Roger, “ sejarah suku sunda” ,seabs,http://www.seabs.ac.id/journal/oktober2000/Sejarah%20Suku%20Sunda.pdf, diakses pada tanggal 02 mei 2016 pukul 15.48
4Fathoni Ahmad, “Kebudayaan suku bangsa sunda”, zona siswa,http://www.zonasiswa.com/2015/10/kebudayaan-suku-bangsa-sunda.html , diakses pada tanggal 3 mei 2016 pukul 08.00