-->

Notification

×

Iklan

Iklan

Sejarah Kabupaten Cianjur

Kamis, 15 April 2021 | 23.42 WIB | 0 Views Last Updated 2024-06-25T07:04:21Z

 


A. Asal Mula Nama Cianjur

Cianjur terdiri dari tiga kata. Ci = cikal, an = anjuran, jur = mujur. Makna filosofis kata Cianjur yaitu cikal bakal sebuah masyarakat yang taat pada anjuran luhur, agar selalu mendapat nasib mujur. Anjuran, nasihat, bimbingan, arahan, saran dari seorang pemimpin sangat dipatuhi oleh rakyat. Pangarsa atau pemimpin Cianjur selalu membawa rakyatnya untuk mencapai kemujuran dan kemakmuran.

Persahabatan Raden Rahmat dengan Raden Jayasasana terjalin sejak tanggal 12 Juli 1672. Raden Rahmat adalah putra mahkota raja Mataram. Sedangkan Raden Jayasasana adalah putra Pangeran Aria Wangsa Goparana. Beliau berasal dari keluarga Sunan Talaga, yang masih keturunan Prabu Siliwangi raja Pajajaran. Keluarga ningrat yang berdarah kerajaan Pajajaran ini terkenal sebagai pengayom masyarakat yang berbudi luhur.

Hubungan antar kaum bangsawan Sunda dengan Jawa berlangsung harmonis. Raden Jayasasana menikah dengan Ratu Puspa Arum, putri Pangeran Alit Mataram. Jalinan perkawinan semakin mempererat persahabatan Cianjur dengan kerajaan Mataram. Waktu itu raja Mataram bernama Sinuwun Amangkurat Agung yang memerintah tahun 1645 – 1677.

Pertemuan penting antara Raden Rahmat dengan Raden Jayasasana berulang pada tahun 1677 di Lesmana, Ajibarang Banyumas. Sejak tanggal 10 Juli 1677 Pangeran Rahmat ditetapkan menjadi raja Mataram dengan gelar Kanjeng Sinuwun Amangkurat Amral. Dua hari kemudian, Raden Jayasasana dibantu untuk memimpin daerah Cianjur. Sinuwun Amangkurat Amral pada tanggal 12 Juli 1677 memberi dukungan penuh kepada Raden Jayasasana dengan gelar Raden Adipati Aria Wiratanu.

Pengembangan wilayah Cianjur mendapat bantuan dari Kadipaten Surabaya. Pangeran Pekik dan Ratu Pandansari memberi sokongan berupa kayu jati dari Bojonegoro, batu marmer dari Tulungagung, kecap Grobogan, trasi Lasem Rembang dan garam Kalianget Madura. Wajar saja, karena Pangeran Pekik merupakan pengusaha kaya raya. Kebetulan beliau masih kakek Sinuwun Amangkurat Amral. Setelah tahun 1677 Pangeran Pekik dan Ratu Pandansari, getol membantu pemekaran daerah.

Pada tahun 1680 daerah Cianjur mendapat sebutan kehormatan, yaitu Nagari Sagara Herang. Artinya kawasan menjadi lautan keindahan. Gunung Gede dan gunung Pangrango menghiasi bumi Cianjur. Sinuwun Amangkurat Amral diajak bertapa di Gunung Gede. Pangeran Jayasasana atau Adipati Aria Wiratanu terkenal sebagai pemimpin yang sakti mandraguna. Beliau terbiasa melakukan meditasi di tempat yang sepi.

Pendopo Cikundul yang menjadi lambang kemegahan ibukota Nagari Segara Herang Cianjur semakin termasyhur. Pada tahun 1715 Raden Adipati Wiratanu Datar III dan warga Cianjur diundang oleh Kanjeng Ratu Mas Balitar, permaisuri Sinuwun Paku Buwana I. Warga dari daerah Agrabinta, Campaka, Mulya, Cibeber, Cibinong, Cijati, Cidaun diberi kesempatan untuk belajar sistem pelayaran di Tegal. Saat itu daerah Tegal menjadi pusat maritim di Asia Tenggara.

Arya Wiratanu Datar III mengirim warga dari Cikadu, Cilaku, Cipanas, Ciranjang, Cigenang belajar tentang ukir-ukiran di Jepara. Kebetulan Ratu Mas Balitar memiliki usaha mebel di daerah Sukodono Tahunan Jepara. Sedangkan warga dari Gelebrong, Kadupandak, Haurwangi, Karantengah, Ulis, Mande, Naringgul, Pacet, Pagelaran, Pasirkuda mendapat kesempatan belajar tentang manajemen Pelabuhan di Tanjung Emas, Semarang. Ibu-ibu dari daerah Sukaluyu, Sindangbarang, Sukanagara, Takokak, Sukaresmi diajar belajar masak sega pecel di Madiun. Ibu-ibu dari daerah Tanggeung, Warungkondang dan Naringgul dilibatkan dalam pelatihan batik di Bayat Klaten. Pelatihan ini dilaksanakan tahun 1716.

Manajemen irigasi dipelajari, dikaji dan dibangun secara rapi pada tahun 1814. Adipati Prawiradirejo datang ke Cakra, Pengging, Kali Larangan untuk belajar pengairan. Tata irigasi ini diterapkan untuk mengelola sistem irigasi kali Cibuni. Manajemen irigasi kali Cibuni membuat rakyat yang tinggal di pedesaan amat berbahagia. Petani bisa menanam padi dengan teratur. Maka muncullah beras unggulan yakni padi pandanwangi. Perjuangan Adipati Prawiradireja inilah yang membuat terkenal padi unggulan Pandanwangi.

Kepemimpinan Adipati Prawiradireja sangat hebat dalam bidang agribis. Peternakan, perkebunan dan pertanian maju. Rakyat jadi makmur sejahtera. Wilayah Cianjur sampai sekarang menjadi sentra lumbung beras yang enak. Jasa besar Adipati Prawiradireja layak diusulkan untuk menjadi pahlawan nasional. Kebijakan Adipati Prawiradireja ini mendapat dukungan dari Raden Ajeng Sukaptinah, direktur pabrik garam Kalianget Madura.

B. Perjalanan Wilayah Cianjur yang Menjadi Cikal Bakal Anjuran Mujur

Pemerintahan Adipati Aria Kusumahningrat 1834 – 1864 terjadi pembangunan besar-besaran. Pendapa Cianjur dibuat megah, mewah, indah, gagah. Bangunannya berbentuk joglo dengan model Joglo Wantah, Semar Tinandu, Lambangsari, Mangkurat, Lawakan, Sinom, Jompongan, Trajumas, Pangrawit.

Bagian tengah kompleks perkantoran dibangun gaya limasan yang terdiri dari model bangunan, gajah ngombe, macan njerum, apitan, pacul gowang, klabang nyander, lambang gantung, kutuk ngambang, cere gancet. Bagian belakang terdapat bangunan panggang peyang terdiri dari model empyak setangkep, gedang selirang, kodokan, barengan. Kanan kiri terdapat bangunan tajug yang terdiri dari payung agung, tawon boni, ceblokan, pacul gowang.

Adipati Aria Kusumahningrat banyak belajar dari ahli kayu jati Kabupaten Pati. Beliau masih punya aliran darah dengan Ki Ageng Panjawi, pendiri karaton Mataram. Semasa beliau memimpin banyak bangsawan Cianjur yang belajar kitab Wulangreh dan Centhini. Kedua kitab ini disalin dalam bahasa Sunda dan aksara Sunda. Baik kitab Wulangreh maupun Centhini memiliki khasanah ilmu pengetahuan. Kegiatan literasi ini berlangsung tahun 1847.

Pembangunan stasiun kereta api dimulai tahun 1882 pada masa pemerintahan Raden Adipati Aria Prawiradireja II. Kegiatan transportasi massal mulai bisa dinikmati sejak tanggal 10 Mei 1883. Masyarakat Cianjur boleh dibilang sangat maju. Adipati Prawiradireja II sangat ahli dalam bidang teknologi. Pada tahun 1883 beliau mengirimkan tenaga teknik untuk belajar tentang seluk beluk kereta api di Madiun. Alih teknologi dilakukan demi kemandirian.

Berturut-turut stasiun yang menghubungkan dengan stasiun Cianjur yaitu stasiun Ciranjang, stasiun Cireungas, stasiun Gandasuli. Masyarakat Cianjur bisa berjalan menuju Sukabumi, Bandung, Surakarta, Banten, Malang, Surabaya, Semarang. Seluruh kawasan pulau Jawa sudah berhubungan dengan wilayah Cianjur.

Masa pemerintahan Raden Adipati Wiranatakusumah tahun 1912 – 1943 boleh dikatakan jaman kejayaan dalam bidang perkebunan kopi, teh dan kelapa sangat diperhatikan, mulai dari pembibitan, penanaman dan pemasaran. Adipati Wiranatakusumah turun langsung ke lapangan. Beliau mengirim tim ahli perkebunan ke candi Dempel Boyolali. Di sana tim belajar tentang budidaya teh. Pada tahun 1916 tim ahli Cianjur dikirim ke perkebunan kopi Rembang Semarang. Dari proses belajar inilah lantas lahir tenaga ahli dan trampil dari Cianjur.

Kunjungan Sinuwun Paku Buwana X, raja Surakarta Hadiningrat ke Cianjur pada tahun 1927. Turut menyertai kunjungan Sinuwun Paku Buwana X, yaitu Tumenggung Utoyo Kusumo, Bupati Jepara. Beliau membawa ahli ukir-ukiran. Juga turut hadir Kanjeng Raden Tumenggung Purnomo Hadiningrat, Bupati Brebes. Beliau membaw tim ahli dalam bidang telur asin dan budidaya bawang merah. Waktu itu Cianjur dipimpin oleh Raden Adipati Aria Suriadiningrat.

Pimpinan Cianjur yang belajar manajemen pabrik gula yaitu Raden Adipati Aria Surianata Atmaja. Pada tahun 1935 beliau datang ke pabrik gula Colomadu dan Tasikmadu. Sri Mangkunegara VII berkenan menyambut pimpinan Cianjur. Pemuda Cianjur sebagian diberi kesempatan untuk magang kerja di pabrik gula. Adipati Surianata Atmaja turut pula menjadi tim marketing gula. Tentu saja tenaga dan pikiran beliau mendapat imbalan yang layak.

Budidaya cengkeh juga ditingkatkan. Pada tahun 1943 Adipati Adiwikarta melakukan studi banding di perkebunan cengkeh di sepanjang gunung Lawu. Perkebunan teh milik Mangkunegara ini amat berhasil, yang mendatangkan kemakmuran. Budidaya cengkeh lantas dikembangkan di wilayah lereng gunung Pangrango dan gunung Gede. Budidaya perikanan dilakukan dengan mengunjungi daerah Banyumas, sepanjang aliran sungai Serayu.

C. Para Bupati Cianjur yang Berdarma Bakti Kepada Tanah Air

  1. Raden Aria Wira Tanu I 1677 – 1691
  2. Raden Aria Wira Tanu II 1691 – 1707
  3. Raden Aria Wira Tanu Datar III 1707 – 1727
  4. Raden Aria Wira Tanu Datar IV 1727 – 1761
  5. Raden Aria Wira Tanu Datar V 1761 – 1776
  6. Raden Aria Wira Tanu Datar VI 1776 – 1813
  7. Raden Aria Adipati Prawiradireja I 1813 – 1833
  8. Raden Tumenggung Wiranagara 1833 – 1834
  9. Raden Aria Adipati Kusumahningrat 1834 – 1862
  10. Raden Aria Adipati Prawiradireja II 1862 – 1910
  11. Raden Demang Natakusumah 1910 – 1912
  12. Raden Aria Adipati Wiranatakusumah 1912 -1920
  13. Raden Aria Adipati Suriadiningrat 1920 – 1932
  14. Raden Sunarya 1932 – 1934
  15. Raden Aria Adipati Suria Nata Atmadja 1934 – 1943
  16. Raden Adiwikarta 1943 – 1945
  17. Raden Yasin Partadireja 1845 – 1945
  18. Raden Iyok Muhammad Sirodj 1945 – 1956
  19. Raden Abas Wilagasomantri 1946 – 1948
  20. Raden Ateng Sanusi Natawiyoga 1948 – 1950
  21. Raden Ahmad Suriadikusumah 1950 – 1952
  22. Raden Akhyad Penna 1952 – 1956
  23. Raden Hollan Sukmadiningrat 1956 – 1957
  24. Raden Muryani Nataatmaja 1957 – 1959
  25. Raden Asep Adung Purawidjaja 1959 – 1966
  26. Letkol Raden Rakhmat 1966 – 1966
  27. Sarmada 1966 – 1969
  28. Raden Gadjali Gandawidura 1969 – 1970
  29. Ahmad Endang 1970 – 1978
  30. Adjat Sudradjat Sudirahadja 1978 – 1983
  31. Arifin Yoesoef 1983 – 1988
  32. Eddi Soekardi 1988 – 1996
  33. Harkat Handiamihardja 1996 – 2001
  34. Wasidi Swastomo 2001 – 2006
  35. Tjetjep Muchtar Soleh 2006 – 2016
  36. Irvan Rivano Muchtar 2016 – 2018
  37. Herman Suherman 2018 – 2023.Sungguh berbahagia masyarakat Cianjur. Sepanjang sejarah selalu dipenuhi ganjaran besar. Cikal bakal, bibit kawit, asal mula para pendiri Kadipaten Cianjur mengerti tentang anjuran, saran, nasihat. Tujuannya agar nasib masyarakat Cianjur selalu mujur. Ci – cikal bakal, anjur – nasihat, saran, jur – mujur, beruntung. Pemimpin Cianjur siang malam berpikir, berusaha, bekerja agar masyarakat cukup sandang pangan papan. Tanaman hidup subur, padi panen berlimpah ruah. Beras Pandanwangi terkenal di seluruh kawasan nusantara. Masyarakat hidup guyub rukun, ayem tentrem, aman damai. Kesadaran masyarakat Cianjur atas perjalanan sejarah, sudah barang tentu menjadi modal utama untuk menyongsong masa depan. Cita-cita bersama tentang kesejahateraan lahir batin terus berjalan dan tentu menjadi kenyataan.
_______________
Oleh : Dr. Purwadi, M.Hum (Ketua Lembaga Olah Kajian Nusantara-LOKANTARA)

×
Berita Terbaru Update