Asal Muasal Daerah Jampang
Keadaan kerajaan Jampang Manggung semakin memperihatinkan dengan pertempuran para pendukung patih yang bertikai. Patih Bomanlarang yang setia kepada mendiang Prabu Pitakumanajaya merasa khawatir terhadap rakyat yang semakin banyak menjadi korban pertikaian Sokoganggalang dan Rangijid.
Bomanlarang dan dua patih lainnya lalu menyerukan kepada rakyat Jampang Manggung agar mengungsi kedaerah yang aman. Maka rakyatpun akhirnya terpecah belah ada yang tetap tinggal dan namun banyak juga yang mengikuti himbauan Bomanlarang.
Ditengah warga, puluhan kepala keluarga memilih mengungsi, bahkan ada yang pindah ketempat yang sangat jauh dari ibu kota Jampang Manggung. Mereka membuka pemukinan baru di wilayah Cianjur Selatan sekarang dan tidak kembali lagi.
Kelak warga Jampang Manggung inilah yang menamai tempat baru mereka dengan nama Jampang, yang dalam perkembangannya terbagi-bagi hingga Sukabumi Selatan, seperti daerah Jampang Kulon, Jampang Wetan, dan Jampang Surade hingga sekarang yang semula dari asal kata Jampang Manggung.
Soko Ganggalang Berkuasa
Perebutan kekuasaan antara Patih Rangijid dan Patih Sokoganggalang berakhir tragis, Rangijid dibunuh Sokoganggalang dengan cara kejam. Sebelum dibunuh Rangijid mengalami penyiksaan terlebih dahulu, Sokoganggalang membunuh Rangijid seperti manusia menyembelih seekor ayam hingga darahnya mengalir kemana-mana.
Lokasi pembunuhan terjadi ditempat yang sekarang disebut Cigalonggong daerah hutan di Kecamatan Cikalong Kulon Cianjur sekarang. Galonggong dalam bahasa Sunda berarti mengalir deras “ngagalonggong” sedangkan bagian kepala Rangijid disembunyikan ditempat yang kini disebut Sumumput tidak jauh dari Cigalonggong.
Setelah peristiwa pembunuhan itu Sokoganggalang mengangkat dirinya sebagai Raja Jampang Manggung yang baru. (foto jalan utama didekat hutan Cigalonggong) Pengangkatan Sokoganggalang sebagai raja Jampang Manggung, membuat Bomanlarang, Suryalaga dan Kutamadinya khawatir akan keselamatan permaisuri Salangkangpati dan kedua putranya.
Sebab bagaimanapun Laganastasoma putra mendiang Prabu Pitakumajaya adalah pewaris tahta yang syah kerajaan Jampang Manggung, tentu hal ini tidak akan dibiarkan Sokoganggalang yang akan terus memburu kemanapun.
Salangkangpati dan kedua putranya kemudian disembunyikan di kediaman Aki Seuseupan yang pernah menjadi penasehat raja Jampang Manggung. Ketika peristiwa rebutan tahta, usia Laganastasoma masih 13 tahun, sedangkan adiknya Sangwangi 9 tahun.
Oleh Aki Seuseupan di pesanggrahan, Laganastasoma banyak dididik ajen budi pekerti Jampang Manggung serta dibekali berbagai keterampilan sebagai seorang satria dan tabib. Maka saat berumur 22 tahun Laganastasoma sudah menyandang tingkat Ing Payagung dan berhak disebut Rahyang.
Putra Prabu Pitakumanajaya ini lalu memohon ijin kepada Aki Seuseupan untuk mengembara mencari tempat yang baru . Kepergian Laganastasoma disertai ibu dan Sangwangi adiknya.
Sumber:
Cianjur dari Masa ke Masa ( Fakta Sejarah dan Cerita Rakyat ) | Yayasan Dalem Aria Cikondang Cianjur. 2020
Penyusun:
R. Luki Muharam, SST
Editor :
R. Pepet Djohar
Dr. Dadang Ahmad Fajar,
M.Ag Memet Muhammad Thohir