-->

Notification

×

Iklan

Iklan

Sejarah Cianjur 9 : Pasanggrahan Sunan Ambu dan kampung Jamali

Senin, 29 Juli 2024 | 23.29 WIB | 0 Views Last Updated 2024-07-29T16:51:04Z


Selain pasanggrahan yang dirikan Resi Pananggelan, Dewi Sangwangi dan Dewi Salangkangpati mendirikan pula pasanggrahan di gunung Geulis Cianjur. Dalam Wawacan Jampang Manggung, penamaan gunung tersebut menjadi gunung Geulis memang didasari pembangunan pasanggrahan yang kemudian diisi dua wanita cantik kerajaan Jampang Manggung yakni Dewi Sangwangi dan Salakangpati.

Malah setelah meninggal jasad Dewi Sangwangi dan Salakangpati kemudian dikubur dipuncak gunung Geulis, oleh masyarakat Dewi Salangkangpati disebut juga Sunan Ambu, atau dikenal dengan nama lain seperti Sunan Ambu Mangkubanyu, Putri Largading, Nyi Mas Galing Muntang Mayang Kembang, atau disebut juga Dewi Lintang Mayangsari.

Sedangkan Rahyang Laganastasoma diperkirakan hidup hingga usia 116 tahun, hingga kini tidak diketahui makamnya. Namun tapak kaki disebuah batu dipuncak gunung Mananggel dipercaya sebagai tapak kaki Resi Pananggelan alias Rahyang Laganastasoma, tapak kaki itu kemudian disebut Sang Hyang Tapak.

Gunung Geulis dan Gunung Mananggel letaknya tidak berjauhan keduanya berada diwilayah kecamatan Cianjur dan kecamatan Cugenang Kab. Cianjur.

Putra-putra Resi Pananggelan Rahyang Jamali Wetan/ Rahyang Indalana dan Rahyang Indraprakarsa keduanya memilih hidup sebagai pendeta ajaran Jampang Manggung.

Selain membuka pesanggrahan di sekitar Cianjur, kedua pendeta ini berkelana dan mendirikan pesanggrahan dibeberapa tempat seperti disekitar sungai Cisokan Cianjur, di dekat gunung Galunggung, bahkan di Jakarta didaerah Bintaro yang pada masa Jampang Manggung disebut Winataro.

Hingga kini disekitar Bintaro terdapat sungai yang disebut sungai Pasanggrahan yang diduga nama tersebut berasal dari jaman Jampang Manggung.

Diperkirakan Indraprakarsa wafat pada umur 100 tahun, jenazahnya dikebumikan didekat sebuah mata air di gunung Geulis. Mata air itu menjadi hulu sungai Cibalagung yang mengalir melalui kampung-kampung disepanjang wilayah kecamatan Cianjur, Karangtengah, hingga Cikalong Kulon.

Malah nama sungai Cibalagung berasal dari ucapan Walaagung, artinya aliran dari mata air yang berdekatan dengan tokoh bersemayam yang diagungkan yakni Indraprakarsa. Kemudian sebutan Walaagung menjadi Cibalagung hingga sekarang.

Saat dimakamkan tahta Jampang Manggung sudah kembali direbut oleh keturunan Prabu Pitakumanaya yakni Janglar Birawangsa dari Prabu Kolabasa cucu mendiang Prabu Sokoganggalang. Malah Indrapakarsa turut andil membantu Janglar Birawangsa saat menyerang keraton Jampang Manggung.

Sumber:
Cianjur dari Masa ke Masa ( Fakta Sejarah dan Cerita Rakyat ) | Yayasan Dalem Aria Cikondang Cianjur. 2020

Penyusun:
R. Luki Muharam, SST

Editor :
R. Pepet Djohar
Dr. Dadang Ahmad Fajar,
M.Ag Memet Muhammad Thohir


×
Berita Terbaru Update