Silsilah Raja Jampang Manggung terdiri dari 21 Raja hingga tibanya Raden Jayasasana / Dalem Cikundul ke Jampang Manggung. Bila dikaitkan dengan babad yang lainnya seperti Babad Cibalagung, ternyata Dalem Cikundul bukanlah pembuka Cianjur dari hutan belantara hingga menjadi sebuah pedukuhan.
Dan selain itu penyebar agama Islam yang pertama di Cianjur bukanlah Dalem Cikundul. Menurut Wawacan Jampang Manggung Rangga Wulung lah yang pertamakali menyebarkan Islam diwilayah Jampang Manggung sebelum daerah ini bernama Cianjur.
Rangga Wulung adalah raja Jampang Manggung ke 20, ia adalah anak pertama dari Rahyang Sudiwara ayahnya yang juga raja Jampang Manggung. Saat Sudiwara bertahta sebagai raja Jampang Manggung sejaman dengan raja Pajajaran Sri Baduga Maharaja (1478 – 1521 ) malah Sudiwara dijadikan senopati kehormatan kerajaan Pajajaran.
Dalam Babad Pakuan Babad Pajajaran yang diterjemahkan Atja memang salah satu strategi Prabu Siliwangi mempersatukan raja daerah diantaranya dengan mengangkat raja daerah sebagai bagian dari kerajaan Pajajaran.
Selain dengan strategi itu Prabu Siliwang juga menikahi setiap putri raja daerah yang terdiri 28 kerajaan yang tersebar di tatar Sunda. Istri Prabu Siliwangi berjumlah 21 orang dari pernikahan itu Siliwangi dikaruniai 42 anak yang rata-rata dijadikan raja daerah.
Ketika Prabu Sudiwara berkuasa, pengaruh agama Islam sudah terasa. Malah menurut Babad Karawang Sri Baduga raja Pajajaran adalah pemeluk agama Islam setelah menikahi Ratu Subang Larang santri Syeh Quro di Tanjung Pura (Karawang).
Kendati begitu Sri Baduga bukanlah pemeluk Islam yang aktif, penyebaran Islam di Pakuan Pajajaran dilakukan oleh Subanglarang sampai akhir hayatnya. Dalam naskah Wangsakerta dijelaskan bahwa setelah wafatnya Subanglarang, penyebaran Islam di Pajajaranpun surut.
Penyebaran agama Islam kemudian dianjutkan Sang Walangsungsang putra mahkota Pajajaran yang memilih meninggalkan Pakuan untuk memusatkan penyebaran Islam di Cirebon. Dan sejak itulah Cirebon menjadi pusat penyebaran agama Islam ditatar Sunda.
Kabar datangnya Islam banyak mempengaruhi pemikiran Sudiwara, untuk itu ia mengutus Rangga Wulung putra sulungnya untuk mencari informasi tentang ajaran Islam yang mulai memasuki tatar Sunda.
Pencarian Ranggawulung tentang agama Islam membawanya kehadapan Sultan Cirebon Sunan Gunung Jati Cirebon (1478-1568) yang juga anggota majelis Walisongo. Setelah berdiskusi cukup panjang, Rangga Wulung kemudian memeluk Islam dan menjadi santri dipesantren Amparan Jati Cirebon.
Pesantren Amparan Jati adalah pesantren tua yang didirikan Syeh Datuk Kahfi ulama asal Persia, Datuk Kahfi adalah guru agama Islam Sang Walangsungsang dan Rara Santang ibu kandung Sunan Gunung Jati. Pesantren Amparan Jati semakin berkembang setelah Sang Walangsungsang berhasil mendirikan kesultanan Cirebon.
Pada perkembangannya pesantren ini banyak mendidik calon raja dan Sultan diantaranya Pangeran Trenggono putra Raden Fatah Sultan Demak, Trenggono setelah Raden Fatah wafat dinobatkan sebagai Sultan Demak.
Dalam buku “ Hikayat Suatu Bangsa Hingga Lahirnya Negeri Cianjur” yang disusun Rd. Damanhuri malah menjelaskan bahwa Dalem Aria Wangsagoparana ayah kandung Dalem Cikundul juga alumni pesantren Amparan Jati, demikian juga dengan Dalem Cikundul pernah menimba ilmu dipesantren ini dari usia 8 tahun hingga 20 tahun.
Rangga Wulung setelah menimba ilmu oleh pesantren Amparan Jati oleh Sunan Gunung Jati Cirebon kemudian diberangkan ke Mekkah untuk menunaikan ibadah haji. Sepulang ibadah haji, Rangga Wulung mendapat tugas dari Sunan Gunung Jati Cirebon untuk menyebarkan agama Islam di kerajaan Jampang Manggung. Oleh Sunan Gunung Jati ia diberi nama Syeh Jalil.
Dalam perjalan pulang dari Cirebon ke Jampang Manggung, Syeh Jalil kerap singgah dibeberapa tempat untuk menyebarkan agama Islam. Tempat yang pernah ia singgahi hingga kini masih mengaitkan dengan namanya, seperti Pasir Ranggawulung atau Leuweung Ranggawulung dibeberapa tempat sekitar Pamanukan, Sumedang dsb.
Dan setibanya di Jampang Manggung Rangga masih sempat mengislamkan Rahyang Sudiwara ayahnya. Oleh ayahnya Rangga Wulung kemudian dinobatkan sebagai penggantikannya. Maka sejak ia memerintah kerajaan, agama Islam semakin menyebar di wilayah Jampang Manggung.
Dari penjelasan ini dapat digaris bawahi bahwa yang pertama kali menyebarkan agama Islam di Cianjur adalah Rangga Wulung / Syeh Jalil. Namun pada masa itu nama Cianjur belum menjadi nama kabupaten masih disebut Jampang Manggung yang wilayahnya lebih luas hingga Sukabumi Selanan.
Rangga Wulung tidak lama menjadi raja, setalah dua tahun memerirntah tahta kerajaan ia serahkan kepada Laksajaya adik kandungnya. Rangga Wulung / Syeh Jalil lebih memusatkan untuk menyebarkan agama Islam.
Masa- masa penyebaran agama Islam bukanlah tanpa kendala, beberapa kali Syeh Jalil harus berhadapan dengan tokoh- tokoh yang tidak mennyukainya. Didaerah sekitar gunung Mananggel ia harus berhadapan dengan sejumlah tokoh- tokoh pendekar yang menghambat penyebaran Islam sehingga harus dilayani dengan kekerasan karena sudah membahayakan jiwanya.
Pertikaian fisik tersebut diakhiri dengan tewasnya sejumlah penentang agama Islam, bekas pertarungan berubah menjadi lahan yang merah karena bersimbanh darah maka tempat tersebut hingga kini dinamai Cibeureum yang berada tidak jauh dari Hutan Kota Cianjur (Hukoci) sekarang, atau didaerah sekitar Baros desa Sukataris Kec. Karang Tengah Kab. Cianjur.
Sumber:
Cianjur dari Masa ke Masa ( Fakta Sejarah dan Cerita Rakyat ) | Yayasan Dalem Aria Cikondang Cianjur. 2020
Penyusun:
R. Luki Muharam, SST
Editor :
R. Pepet Djohar
Dr. Dadang Ahmad Fajar,
M.Ag Memet Muhammad Thohir