Krisis air bersih melanda 18 desa di 12 kecamatan di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Menurut laporan dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jawa Barat, bencana ini telah mempengaruhi 3.750 kepala keluarga, atau sekitar 11.741 jiwa.
"Kekeringan sudah terjadi sejak 21 Agustus lalu. Sampai hari ini, distribusi air bersih masih terus dilakukan untuk membantu warga," ujar Juru Bicara BPBD Jawa Barat, Hari Rahmat, saat ditemui di Cianjur pada Selasa (3/9).
Kekeringan ini tidak hanya terbatas pada wilayah tertentu, tetapi terjadi merata di seluruh Kabupaten Cianjur, baik di wilayah utara maupun selatan. Beberapa kecamatan yang terdampak antara lain Cikalongkulon, Cugenang, Ciranjang, Gekbrong, Kadupandak, Agrabinta, Cijati, Cidaun, Naringgul, Pagelaran, Cibinong, dan Campakamulya.
Menurut BPBD, penyaluran bantuan air bersih terus diupayakan melalui berbagai jalur distribusi untuk memastikan kebutuhan dasar warga dapat terpenuhi selama masa krisis ini. Warga yang terdampak, terutama di daerah terpencil, sangat bergantung pada bantuan ini mengingat sulitnya akses air bersih di tengah kekeringan yang berkepanjangan.
Selain distribusi air bersih, BPBD juga telah berkoordinasi dengan pemerintah daerah dan berbagai pihak terkait untuk mencari solusi jangka panjang guna mengatasi masalah kekeringan ini, termasuk perencanaan pembangunan infrastruktur penyediaan air bersih di wilayah yang rentan.
Bencana kekeringan yang melanda Kabupaten Cianjur ini menjadi pengingat akan pentingnya pengelolaan sumber daya air yang berkelanjutan, terutama di daerah yang sering mengalami musim kemarau panjang. Masyarakat diharapkan dapat lebih bijak dalam menggunakan air dan turut serta dalam menjaga lingkungan agar risiko kekeringan dapat diminimalisir di masa mendatang.