-->

Notification

×

Iklan

Iklan

Sejarah Cianjur 18 : Pengangkatan Raja Gagang

Minggu, 06 Oktober 2024 | 00.54 WIB | 0 Views Last Updated 2024-10-05T17:54:46Z
                             


Kepemimpinan Wira Tanu I diantara dalem lainnya memang sudah diakui sejak jauh-jauh jauh hari. Dalam diktat berjudul Kanjeng Dalem Cikundul, Kyai Raden Aria Wiratanudatar yang dicetak Yayasan Wargi Cikundul tahun 1996 menceritakan saat Dalem Cikundul diangkat menjadi Raja Gagang oleh para dalem lainnya.

Suatu ketika bertempat di gunung Rompang yang kini berada didesa Kertajaya Kec. Simpenan Kab. Sukabumi. Berkumpulah beberapa Dalem dan raja daerah yang semula menjadi bawahan kerajaan Pajajaran. Mereka tinggal sekitar Pajajaran Girang dan Tengah yaitu:

1. Sang Hyang Borosngora atau Syeh Dalem Haji Sepuh Raja Panjalu,

2. Dalem Cikundul Raden Aria Wiratanu I,

3. Sang Hyang Panaitan Adipati Sukawayana,

4. Dalem Adipati Lumaju Gede Nyilih Nagara dari Cimapag,

5. Dalem Aria Wangsamerta dari Tarikolot Cikartanagara,

6. Dalem Nalamerta dari Cipamingkis

7. Adipati Hyang Jayaloka dariCidamar.

8. Hyang Jatuna dariKandangwesi.

9. Hyang Krutuwana dari Parakantilu. Dan

10. Hyang Manda Agung dari Sancang. Para raja daerah tersebut merasa harus bersatu dari ancaman luar setelah kerajaan Pajajaran sirna tahun 1579.

Semua sepakat untuk mempertahankan diri, mereka harus bersatu danpersatuan tersebut harus dipimpin oleh seseorang yang dipilih secara kesepakatan bersama. Maka atas usulan Sang Borosngora dan kemudian disepakati yang lainnya diangkatlah Raden Aria Wiratanu I Dalem Cikundul sebagai pemimpin mereja.

Deklarasi ini terjadi pada hari Kamis saat bulan purnama pada bulan Rabiul Awal 1079 Hijriyah atau bertepatan dengan tanggal 24 September 1655 M, mereka sepakat berlebur menjadi sebuah negeri yang bernama Cianjur dengan Dalem Cikundul sebagai rajanya, disebut juga Raja Gagang yang artinya Raja Pegunungan. Kerajaan ini menyatakan diri sebagai negeri mandiri yang tidak tunduk kepada siapapun, juga tidak tunduk kepada Kesutanan Cirebon, tidak tunduk kepada Kesultanan Banten, sebab kerajaan ini hanya tunduk kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Didalam buku “ De Priangan “ jilid 2 halaman 130 dari Degregister Belanda tanggal 14 Januari 1666 tercatat adanya laporan perjalanan Sersan Scopio yang menyatakan diterimanya surat dari Raja Gagang yang menyatakan diri sebagai Raja Pagunungan tidak berada dibawah Banten atau Cirebon tapi langsung dibawah Tuhan Yang Maha Esa.


Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa, saat Wiratanu I mendatangi Cianjur awalnya hanya sebagai kepala pasukan utusan Cirebon untuk menjaga perbatasan. Namun karena Pangeran Karim / Sultan Cirebon saat itu akhirnya menjadi bawahan Sultan Mataram / Amangkurat I maka Wiratanu I juga menjadi bagian dari perintah Mataram.

Kendati secara hukum atau de facto Cianjur bagian dari Mataram, kenyataannya kekuasaan Mataram tidak terasa lagi di Cianjur. Dalam tulisannya sejarawan Belanda De Haan berujar tentang semakin melemahnya kekuasaan Mataram di Jawa Barat dan adanya keinginan para bupati itu untuk menentukan nasib sendiri dan merdeka de javanse regentjes gelijken heertjes ophaarselven te willen wesen, elck zoals hij het stellen en main tineren kan, voornamelijk die wat verre afgegen zijn en in bovenladen .” yang artinya : para bupati Jawa (Sunda) ingin memperjuangkan kebebasan masing masing terutama para bupati yang wilayahnya sangat jauh dari Mataram dan didaerah pegunungan).

Hal tersebut terbukti saat kesepakatan para bupati mengangkat Wiratanu I sebagai Raja Gagang, Mataram tidak mengadakan serangan. Juga keterangan yang tertulis dalam Cikundul Bond saat Dalem Cibalagung, Dalem Cipamingkis dan lainnya mengangkat Wiratanu I sebagai Dalem Cianjur yang mengikat dalem lainnya tidak ada reaksi apa-apa dari Mataram. Dari uraian diatas nampak pula adanya kepercayaan dari dalem lainnya sehingga mengangkat Dalem Cikundul sebagai pemimpin mereka dalam padaleman Cianjur. Tentu hal ini menandakan ketokohan Wiratanu I yang begitu dihormati sebagai negarawan dan ulama yang pernah menimba ilmu dipesantren Amparan Jati milik Sunan Gunung Jati Cirebon.

Selain itu Rd. Damanhuri mengisahkan bagaimana keperdulian Dalem Cikundul terhadap agama Islam di Cianjur walaupun ia bukan yang pertama menyebarkan agama Islam. Dalem Cikundul kerap kali membawa pasukan menyisir penduduk yang tinggal sepajang sungai Cisokan, Cibalagung dan Citarum. Bupati yang terkenal memiliki pembawaan yang sabar dan bijaksana ini mengunjungi warganya dan mengumpulkannya. Apabila sudah berkumpul ia mengadakan pembinaan akidah Islam, dan selesai memberikan pengajaran agama Islam, Dalem Cikundul menempatkan dua orang anggota pasukannya untuk tinggal disana agar akidah warga tetap terjaga. Sebab anggota pasukan yang kerap mendampingi Dalem Cikundul seluruhnya adalah lulusan pesantren Amparan Jati Cirebon.

Sesuai usia yang semakin uzur sejak tahun 1680 kiprah Rd. Aria Wiratanu I dipemerintahan sudah berkurang. Ia lebih memusatkan mengembangkan pesantren yang dibangunanya di Tarikolot Cikalong Kulon. Roda pemerintahan sehari-hari sudah dijalankan oleh Raden Wiramanggala anak sulungnya yang kelak menggantikannya sebagai Dalem Cianjur dengan gelar Rd. Aria Wiratanu II.

Menurut Diktat berjudul “Sejarah Kanjeng Dalem Cikundul Kyai Raden Aria Wiratandatar “ yang dikeluarkan Yayasan Wargi Cikundul th 1996 disebutkan bahwa Pada saat memerintah, Dalem Cikundul didampingi sejumlah tokoh seperti

: 1. Tubagus Muhammad Capa ulama asal Banten yang juga ayah dari Nyi Rd, Ajeng istri Dalem Cikundul, 2. Syeh Gofur ulama asal Banten yang juga menjadi menantu Dalem Cikundul. 2. Rd. Antra Kasih sebagai bendahara negara 3. Rd. Mangkunegara Patih. 4. Puspamanggala ahli siayah perang 5. Rd. Suryapadang putra Bupati Sukapura Dalem Suwidak. 6. Ama Panghulu 7. Rd. Kertamanggala Keamanan negara. 8. Eyang Jangkung sebagai telik Sandi. 

Dalem Cikundul wafat sekitar tahun 1691 dimakamkan di pasir Gajah Kampung Majalaya Desa Cijagang Kec. Cikalong Cianjur. Ia meninggalkan 11 putra- putri yakni : Raden Suryakancana, Rd. Indang Sukaesih, Raden Wiramanggala / RAA. Wiratanu II makamnya di kampung Pamoayanan Cianjur kota, Rd. Aria Martayuda / Dalem Sarampad makamnya di Sarampad Cugenang, Raden Aria Tirta makamnya di Karawang, Dalem Aria Kidul / Rd. Aria Natadimanggala makamnya di kampung Babakan Jati Jebrod Cianjur kota, Rd. Aria Wiradimanggala / Dalem Aria Cikondang makamnya di tepi sungai Cikondang Cibeber Cianjur. Rd. Aria Suradiwangsa / Dalem Panembong makamnya di Panembong Cianjur kota. Nyi Mas Kaluntar makamnya di kampung Dukuh Caringin, Nyi Mas Karanggan di Bayabang. Nyi Mas Bogem, Nyi Mas Kara dan Nyi Mas Jenggot ketiganya tidak diketahui makamnya.
 




(Senjata Kujang berbentuk Naga Bermahkota milik Dalem Cikundul, disimpan di Bumi Ageung Bojong Meron Cianjur)

Sumber:
Cianjur dari Masa ke Masa ( Fakta Sejarah dan Cerita Rakyat ) | Yayasan Dalem Aria Cikondang Cianjur. 2020

Penyusun:
R. Luki Muharam, SST

Editor :
R. Pepet Djohar
Dr. Dadang Ahmad Fajar,
M.Ag Memet Muhammad Thohir
×
Berita Terbaru Update