"Urang miskin lain sabot teu ngagaduhan harta, nanging sabot urang atos kaleungitan mikacinta tina keluargi”
Memiliki arti 'Orang miskin bukanlah ketika tak mempunyai harta, tetapi ketika kita telah kehilangan cinta dari keluarga'.
Kata bijak sunda ini menyoroti perspektif yang lebih dalam tentang apa itu kemiskinan. Biasanya, orang mengaitkan kemiskinan dengan kekurangan harta atau materi. Namun, bijak ini mengajarkan bahwa kemiskinan sejati tidak hanya soal kekurangan materi, tetapi lebih pada hilangnya sesuatu yang tak ternilai, yaitu mikacinta (kasih sayang) dari keluarga.
Keluarga adalah sumber utama cinta, dukungan emosional, dan kebersamaan. Jika seseorang kaya materi, tetapi tidak memiliki cinta dan dukungan dari keluarganya, mereka akan merasakan kekosongan yang lebih dalam daripada kekurangan harta. Kasih sayang keluarga adalah fondasi yang membentuk kebahagiaan dan kesejahteraan batin seseorang. Tanpanya, hidup bisa terasa hampa, meski harta berlimpah.
Bijak ini juga mengingatkan kita bahwa cinta keluarga adalah sumber kebahagiaan dan kekuatan hidup. Jika seseorang kehilangan cinta itu, mereka benar-benar "miskin," karena telah kehilangan sesuatu yang sangat berharga dan tak tergantikan. Jadi, kasih sayang, perhatian, dan ikatan keluarga menjadi kekayaan yang paling sejati, yang tidak bisa diukur dengan materi.
Pesan mendalam: Kekayaan materi bersifat sementara dan bisa didapatkan atau hilang sewaktu-waktu, tetapi cinta dari keluarga adalah harta yang membangun dan menopang kehidupan emosional seseorang. Hilangnya cinta keluarga adalah bentuk kemiskinan emosional yang bisa membuat seseorang merasa lebih menderita daripada sekadar kekurangan uang.
Intisari dari bijak ini:
1. Kekayaan yang sejati adalah kasih sayang dan kebersamaan dalam keluarga.
2. Kehilangan cinta keluarga bisa menyebabkan kekosongan yang jauh lebih besar daripada kehilangan materi.
3. Kemiskinan sejati adalah ketika kita tidak lagi merasakan kehangatan dan dukungan dari orang-orang terdekat.
Pada akhirnya, kekayaan sejati bukan diukur dari seberapa banyak harta yang dimiliki, melainkan dari kasih sayang dan kehangatan yang ada di dalam keluarga. Kehilangan harta mungkin bisa diatasi, tetapi kehilangan cinta dari orang-orang terdekat akan menciptakan kekosongan yang lebih dalam. Sebagai manusia, kita membutuhkan hubungan yang penuh kasih untuk merasa utuh dan bahagia. Oleh karena itu, mari jaga dan hargai kebersamaan dengan keluarga, karena di sanalah kekayaan dan kebahagiaan sejati kita bersemayam.