Sebelum dilanjutkan kepada pembahasan bupati Cianjur lainnya setelah Dalem Cikundul alangkah baiknya diungkapkan sejarah penamaan Cianjur yang kemudian menjadi nama kabupaten. Sebab baru baru ini menyebar di buku dongeng dan dunia maya tentang asal muasal nama Cianjur yang kisahnya mirip dengan dongeng asal muasal Situ Bagendit di Garut. Entah siapa yang mengarangnya yang jelas dongeng tersebut tidak terdapat dalam buku sejarah Cianjur atau babad Cianjur manapun yang selama ini dikenal.
Kisah tentang kakek pelit yang kemudian tenggelam kedalam telaga air yang berasal dari tongkat yang dicabut tentu sangat mirip dengan dongeng Situ Bagendit. Dalam dongeng situ Bagendit dikisahkan seorang wanita kaya raya yang pelit, yang akhirnya tenggelam kedalam danau yang airnya berasal dari tongkat seorang nenek. Nyai Endit nama wanita kaya yang pelit itu, maka situ atau danau tersebut kemudian dinamai Situ Bagendit.
Tentu kisah awal penamaan Cianjur tidak sesederhana itu, karena adanya keterkaitan dengan raja Pajajaran Prabu Siliwangi. Dalam buku Hikayat Suatu Bangsa Hingga Lahirnya Negeri Cianjur dikisahkan tentang pinangan Prabu Siliwangi kepada Nyai Rambut Kasih putri raja Kertarahayu.
Dikisahkan kecantikan Nyai Rambut Kasih sudah terkenal sebagai kembang keraton Kertarahayu yang pernah berdiri di Garut ratusan tahun lalu. Jauh sebelum bernama Kabupaten Limbangan yang didirikan Sunan Cipancar dan kemudian berganti menjadi Kabupaten Garut, berdirilah kerajaan Kertarahayu dengan rajanya Sunan Rumenggong. Sang raja memiliki seorang putri cantik jelita yang tersohor hingga kabar kecantikan tersebut tiba kehadapan Prabu Siliwangi raja Pajajaran yang bertahta di Pakuan Bogor.
Prabu Siliwangi lalu mengutus Aki Panyumpit pengasuhnya sejak kecil untuk meminang Nyai Rambut Kasih dan membawanya ke Pakuan. Dan dengan khidmat Aki Panyumpit melaksanakan titah tersebut, ia lalu menuju kerajaan Kertarahayu melewati gunung dan sungai, hingga tiba disekitar gunung Sedakencana (Gunung Gede) dan tertahan oleh derasnya aliran sebuah aliran sungai.
“ Aki kunaon meuntas teh mandog mayong kitu (Aki kenapa ragu- ragu menyebrang sungai) “ ujar seorang petani.
“ Deung puguh caina anjur ( Ih itu karena airnya deras ) “jawab Aki Panyumpit.
Setelah berhasil menyebrang, Aki Panyumpit berpesan kepada warga setempat agar menamai sungai tersebut dengan nama Cianjur yang artinya Sungai dengan Air Deras. Dan sebagai nama sebuah kabupaten nama Cianjur baru digunakan pada masa bupati Cianjur Rd. Aria Wiratanu II / Rd. Wiramanggala (1686-1707).