Lonceng tua yang terletak di Pendopo Kabupaten Cianjur menyimpan sejarah panjang dan menjadi saksi bisu berbagai peristiwa penting di daerah tersebut. Menurut tulisan yang tertera pada bagian atas lonceng, yaitu "BORCHHARD GEGOTEN IN T AMBAGD QWARTIR TOT BATAVIA 1774", lonceng ini dibuat pada tahun 1774 di Batavia oleh Johan Christian Borchhard, seorang pengrajin lonceng terkemuka asal Jerman yang banyak menghasilkan karya di Eropa hingga Afrika Selatan.
Terdapat beberapa versi mengenai bagaimana lonceng ini bisa berada di Cianjur. Salah satu sumber menyebutkan bahwa lonceng tersebut merupakan hadiah dari VOC Belanda untuk Bupati Cianjur saat itu, Raden Adhipati Aria Prawiradiredja II, sebagai penghargaan atas prestasinya dalam membangun Cianjur. Namun, versi lain menyatakan bahwa lonceng ini dihadiahkan kepada Aria Wiratanudatar, bupati pertama Cianjur. Kedua versi ini masih memerlukan penelitian lebih lanjut untuk memastikan kebenarannya.
Selama masa kolonial, lonceng ini berfungsi sebagai penanda waktu dan alat komunikasi. Pada awal 1900-an, lonceng ini digunakan sebagai pengingat jam malam; ketika lonceng dibunyikan sembilan kali pada malam hari, petugas keamanan kabupaten akan berkeliling memastikan penduduk tidak berkeliaran di luar rumah. Selain itu, lonceng ini juga dibunyikan untuk menandai peristiwa penting, seperti saat wafatnya Bupati R. Prawiradiredja II pada 17 Maret 1910, di mana lonceng dibunyikan beberapa kali tepat pada pukul 6 pagi, disusul bunyi beduk dari Masjid Agung Cianjur.
Hingga kini, lonceng tua di Pendopo Cianjur masih berdiri kokoh dan menjadi simbol sejarah yang kaya di daerah tersebut. Meskipun fungsinya sebagai penanda waktu telah digantikan oleh teknologi modern, keberadaan lonceng ini tetap menjadi pengingat akan masa lalu dan warisan budaya yang perlu dilestarikan.
