-->

Notification

×

Iklan

Iklan

Sejarah Cianjur 24: Perlawanan Rd. Haji Prawatasari (1703-1706)

Jumat, 06 Desember 2024 | 22.56 WIB | 0 Views Last Updated 2025-01-08T07:18:27Z


(Lukisan Haji Prawatasari karya pelukis Sonny Ahmad Soleh Cianjur (alm), berdasarkan patung Prawatasari di Museum Keprajuritan TNI AD Taman Mini Jakarta)



Identitas diri Raden Haji Prawatasari hingga kini masih simpang siur, namun ia sejaman dengan Bupati Cianjur Rd. Wiramanggala / Rd. Aria Wiratanu II. Perlawanannya kepada penjajah Belanda dipicu oleh kebijakan tanam paksa yang diterapkan penjajah di Cianjur yakni kewajiban menanam pohon Tarum dan menggali belerang.

Perlawanan Prawatasari menurut Bayu Surianingrat dimulai pada bulan Maret 1707 dengan mengerahkan sekitar 3000 orang warga Jampang. Namun rupanya warga Jampang yang dimaksud bukan warga Jampang Cianjur Selatan. Kemungkinan adalah warga Jampang Manggung di Cikalong Kulon sekarang. Pemberontakan Haji Prawatasari dibantu oleh Letnan Tanujiwa, seorang perwira tentara Belanda berdarah pribumi asal Bogor.

Ketika tersebar kabar Haji Prawatasari tewas, Pieter Scopio kepala pasukan Belanda menggiring pasukan Prawatatasari yang berjumlah 1354 orang menuju Batavia. Karena berjalan kaki dan tidak diberikan makan dan minum pasukan Prawatasari yang masih hidup tiba di Batavia hanya sekitar 582 orang. Sisa pasukan ini kemudian di tempatkan di Bangbayang agar bertani, namun mereka memilih kembali ke Jampang Manggung.

Khabar tewasnya Prawatasri ternyata tidak benar, ia malah kembali menyerang pos-pos Belanda dengan pasukan lebih banyak lagi. Prawatasari menggunakan taktik perang gerilya dengan strategi “ Hit and Run” yaitu menyerang pos Belanda, disaat pasukan Belanda lengah atau saat malam hari, setelah berhasil menyerang pasukan Prawatasari kembali masuk hutan. Taktik perang ini menjadi inpirasi bagi TNI-AD masa kini, malah sebagai penghormatan kepada jasa Prawatasari TNI membangun patung Prawatasari di museum keprajuritan TMII Jakarta.

Semula gerak pasukan Prawatasari hanya menyerang Bogor dan Jakarta, namun kemudian daerah Timur Priangan juga menjadisasaran serangan seperti Imbanagara dan Sumedang. Menghadapi serangan Prawatasari yang selalu berhasil, Belanda beberapa kali menghukum mati tokoh-tokoh yang diduga membantu Prawatasari, malah Letnan Tanujiwa setelah ditangkap kemudian dibuang ke Afrika Selatan hingga gugur di pembuangan.

Menghadapi perjuangan Haji Prawatasari, Belanda semakin kehabisan cara hingga akhirnya mengeluarkan ancaman kepada setiap bupati di Priangan. Belanda memberikan waktu hanya enam bulan kepada para bupati untuk menangkap Prawatasari, bila gagal Belanda akan menganggap para bupati mendukung perjuangan Prawatasari dan akan memberikan sangsi. Raden Haji Prawatasari akhirnya meninggalkan Jawa Barat tahun 1706, ia menyebrang ke Jawa Tengah namun akhirnya tertangkap di hutan Bagelen. Perjuangan Haji Prawatasari berakhir dihadapan regu tembak, ia gugur di Kertosuro Jawa Tengah pada tanggal 12 Juli 1707.

Sumber:

Cianjur dari Masa ke Masa ( Fakta Sejarah dan Cerita Rakyat ) | Yayasan Dalem Aria Cikondang Cianjur. 2020



Penyusun:

R. Luki Muharam, SST



Editor :

R. Pepet Djohar

Dr. Dadang Ahmad Fajar,

M.Ag Memet Muhammad Thohir
×
Berita Terbaru Update