Dalam kehidupan yang penuh dengan dinamika dan tantangan, sering kali kita terjebak dalam rutinitas yang mengharuskan kita untuk fokus pada dunia luar—menilai orang lain, mengikuti perkembangan zaman, dan mengejar tujuan yang tampaknya sudah ditentukan oleh norma sosial. Namun, dalam kesibukan tersebut, kita sering melupakan hal yang paling penting: diri kita sendiri. Apa yang kita inginkan, apa yang kita butuhkan, dan siapa kita sebenarnya.
Ki Asep Sunandar Sunarya, seorang tokoh yang dikenal dengan kata-kata bijaknya, memberikan petuah yang mendalam dalam sebuah ungkapan: "Pek geura panggihan diri maneh, ku maneh weh sorangan. Ulah waka nyaksian batur, saksian heula diri sorangan." Artinya, segera temui diri sendiri, dengan dirimu sendiri. Jangan hanya menyaksikan orang lain, perhatikan terlebih dahulu dirimu sendiri. Dalam artikel ini, kita akan membahas filosofi mendalam yang terkandung dalam pesan tersebut dan bagaimana hal itu dapat menjadi panduan hidup dalam pencarian makna sejati.
Mengenali Diri Sebagai Langkah Pertama
Kata-kata ini mengajak kita untuk berhenti sejenak dari kegilaan dunia luar dan memperhatikan diri kita sendiri. Untuk bisa memahami dunia dengan lebih baik, kita perlu memahami diri kita terlebih dahulu. Hal ini mengingatkan kita pada konsep filosofis yang sudah ada sejak zaman Yunani Kuno, yaitu "Gnothi Seauton", yang berarti "Kenalilah dirimu sendiri." Dalam ajaran Socrates, untuk mencapai kebijaksanaan sejati, seseorang harus terlebih dahulu mengenal siapa dirinya, nilai-nilai yang diyakini, serta tujuan hidupnya.
Namun, mengenali diri bukanlah hal yang mudah. Proses ini membutuhkan keheningan, refleksi, dan keberanian untuk jujur pada diri sendiri. Seringkali kita terjebak dalam apa yang diinginkan oleh orang lain, apa yang dipandang sebagai "berhasil" oleh masyarakat, dan apa yang terlihat di luar sana. Padahal, pencapaian sejati tidak bisa diukur hanya dengan standar eksternal. Salah satu kata bijak dari Buddha yang relevan dengan hal ini adalah, "Tidak ada yang lebih berharga daripada mengetahui diri sendiri."
Mengapa Harus Diri Sendiri?
Tentu saja, kita hidup di dunia yang penuh dengan interaksi sosial dan pengaruh luar. Tapi mengapa Ki Asep menekankan pentingnya untuk mengutamakan diri sendiri? Salah satu alasannya adalah karena hanya melalui pemahaman diri yang mendalam kita dapat menjalani hidup yang autentik. Dalam dunia yang penuh dengan perbandingan, sering kali kita lupa bahwa kebahagiaan sejati datang dari dalam diri kita, bukan dari pencapaian orang lain.
"Jangan biarkan apa yang tidak bisa kamu lakukan mengganggu apa yang bisa kamu lakukan," kata John Wooden, seorang pelatih legendaris. Begitu juga dalam perjalanan hidup. Jangan terfokus pada keterbatasan atau kekurangan yang kita miliki. Sebaliknya, cobalah untuk menggali potensi yang ada dalam diri. Apa yang dapat kita berikan kepada dunia ini? Apa yang membuat kita merasa hidup dan berarti? Semua itu hanya bisa ditemukan dengan merenung dan mengamati diri sendiri.
Membuka Pintu Kebijaksanaan melalui Refleksi
Ki Asep juga mengingatkan kita untuk tidak hanya menjadi penonton dalam kehidupan orang lain. Ini mengajak kita untuk berhenti sebentar dan memusatkan perhatian pada perjalanan kita sendiri. Dalam hidup, kita sering terjebak dalam penghakiman terhadap orang lain atau berusaha mengikuti jejak mereka. Namun, apa yang bekerja untuk orang lain belum tentu sesuai dengan jalan kita.
Kata bijak yang bisa dijadikan pedoman adalah: "Jangan mencari kesalahan orang lain jika kita sendiri belum bisa memperbaiki diri kita," yang mengajak kita untuk lebih introspektif. Sebelum menilai dan membandingkan, kita perlu bertanya pada diri kita sendiri: Apakah kita sudah menjadi pribadi yang lebih baik hari ini daripada kemarin?
Mengubah Perspektif untuk Hidup yang Lebih Bermakna
Filosofi ini mendorong kita untuk memeriksa kembali arah hidup kita. Dalam masyarakat yang serba cepat ini, kita sering merasa tertekan untuk mengikuti standar yang ditentukan oleh orang lain. Namun, hidup bukan hanya tentang pencapaian eksternal. Ketika kita mengenal diri kita lebih dalam, kita akan memahami bahwa kebahagiaan sejati datang dari hidup yang otentik, yang sesuai dengan nilai dan keinginan kita sendiri, bukan apa yang diinginkan oleh orang lain.
Salah satu kutipan dari Albert Einstein mengatakan, "Hidup itu seperti bersepeda. Untuk menjaga keseimbangan, kamu harus terus bergerak." Namun, yang perlu kita ingat adalah, agar bisa bergerak maju dengan bijak, kita perlu mengetahui ke mana kita ingin pergi dan apa yang benar-benar kita inginkan dalam hidup. Tanpa pemahaman diri, perjalanan hidup kita mungkin hanya akan menjadi sebuah rutinitas tanpa makna.
Kesimpulan
Filosofi dari Ki Asep Sunandar Sunarya mengajarkan kita untuk tidak hanya berfokus pada dunia luar, tetapi untuk memberi perhatian lebih pada diri kita sendiri. Hanya dengan mengenali diri kita, kita bisa memahami siapa kita sebenarnya dan apa yang benar-benar penting dalam hidup ini. Ketika kita merenungkan dan memperbaiki diri sendiri, barulah kita bisa memberikan kontribusi yang lebih baik bagi orang lain dan dunia di sekitar kita.
Maka dari itu, mari kita mulai perjalanan untuk mengenal diri lebih dalam. Temui dan pahami siapa diri kita, bukan hanya dari luar, tetapi dari dalam hati dan pikiran kita. Seperti kata Lao Tzu, "Perjalanan seribu mil dimulai dengan satu langkah." Langkah pertama itu adalah mengenal diri kita sendiri.