-->

Iklan

Partisipasi Gender dalam Gerakan Penghijauan Lingkungan

terasmudacianjur
Jumat, 10 Januari 2025, 20.41 WIB Last Updated 2025-01-10T13:41:31Z


Partisipasi gender harus ada dalam segala hal, termasuk dalam gerakan penghijauan lingkungan. Lingkungan yang hijau dan bersih menunjukkan bahwa masyarakat memiliki kesadaran tinggi terhadap pentingnya menjaga kelestarian alam. Di beberapa daerah, masyarakat aktif terlibat dalam gerakan penghijauan. Contohnya, program Ruang Publik Terpadu Ramah Anak (RPTRA) di Jakarta telah berhasil diimplementasikan di berbagai wilayah, memberikan dampak positif yang signifikan bagi masyarakat.


RPTRA tidak hanya menyediakan fasilitas bermain untuk anak-anak, tetapi juga dilengkapi dengan taman dan ruang terbuka hijau yang dapat digunakan oleh seluruh lapisan masyarakat. Salah satu contohnya adalah RPTRA Cililitan di Jakarta Timur yang menyediakan berbagai fasilitas seperti perpustakaan, saung, dan taman bermain.


Generasi muda, khususnya Gen Z, sedang memimpin revolusi hijau dalam dunia konsumsi. Berdasarkan studi dari First Insight, 73% dari mereka bersedia membayar lebih untuk produk ramah lingkungan. Hal ini membuktikan bahwa keberlanjutan adalah prioritas utama bagi mereka. Di negara-negara berkembang, Gen Z menonjol dalam aktivisme perubahan iklim dan keterlibatan media sosial dengan isu-isu lingkungan. Sebagai pribumi digital, Gen Z peduli terhadap krisis iklim dan aktif menggunakan platform online untuk mengampanyekan gaya hidup berkelanjutan.


Urban farming atau pertanian perkotaan juga menjadi salah satu cara efektif untuk meningkatkan kualitas lingkungan. Selain menyediakan Ruang Terbuka Hijau (RTH) yang lebih luas, urban farming meningkatkan ketahanan pangan. Di kota-kota besar seperti Jakarta dan Surabaya, masyarakat mulai mengadopsi urban farming untuk memanfaatkan lahan kosong di perkotaan. Penanaman sayuran dan buah-buahan ini tidak hanya mengurangi ketergantungan pada pangan impor, tetapi juga mengurangi dampak karbon. Dengan partisipasi aktif dari seluruh lapisan masyarakat, kita dapat menciptakan lingkungan yang bersih dan sehat.


Namun, partisipasi gender dalam gerakan penghijauan lingkungan tidak lepas dari tantangan. Banyak individu dari berbagai gender tidak memiliki akses ke pendidikan dan pelatihan yang diperlukan untuk berpartisipasi dalam gerakan penghijauan. Tanpa pengetahuan dan keterampilan yang memadai, sulit bagi mereka untuk berkontribusi secara efektif dalam kegiatan penghijauan.


Selain itu, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) terus mengingatkan masyarakat untuk mewaspadai fenomena La Nina yang memengaruhi musim hujan. La Nina adalah fenomena alam yang menyebabkan suhu permukaan laut di Samudra Pasifik bagian tengah dan timur lebih dingin dari biasanya, memengaruhi pola cuaca global. Di Indonesia, La Nina sering kali menyebabkan peningkatan curah hujan yang signifikan. Fenomena ini berpotensi mengakibatkan bencana hidrometeorologi, seperti banjir, banjir bandang, tanah longsor, angin kencang, dan puting beliung.


BMKG memperkirakan peningkatan curah hujan hingga 20-40% selama fenomena La Nina yang berlangsung dari November 2024 hingga April 2025. Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, dalam pernyataannya di Jakarta (22 November 2024), mengimbau masyarakat untuk mempersiapkan diri, terutama mereka yang tinggal di wilayah perbukitan, lereng gunung, dataran tinggi, dan sepanjang bantaran sungai.


Partisipasi gender dalam gerakan penghijauan lingkungan dapat lebih efektif dan berkelanjutan jika ada kolaborasi antara pemerintah, masyarakat, dan sektor swasta. Hal ini penting untuk menghadapi tantangan yang diakibatkan oleh fenomena La Nina dan dampaknya terhadap lingkungan. Perubahan cuaca yang ekstrem dapat memengaruhi keberhasilan program penghijauan, seperti tingkat keberhasilan bibit yang ditanam.


Rencana Aksi untuk Meningkatkan Partisipasi Gender


Beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk meningkatkan partisipasi gender dalam gerakan penghijauan adalah:


1. Mengembangkan program pendidikan yang terstruktur mengenai isu lingkungan dan partisipasi gender, termasuk workshop dan kegiatan lapangan yang melibatkan anak-anak serta remaja.


2. Memperkuat jaringan komunitas yang fokus pada penghijauan sebagai tempat berbagi pengetahuan dan pengalaman.


3. Memberikan dukungan kebijakan pemerintah dalam bentuk dana dan infrastruktur untuk inisiatif lokal.


4. Menyelenggarakan pelatihan keterampilan praktis, seperti teknik pertanian berkelanjutan dan pengelolaan limbah, khususnya bagi perempuan dan kelompok yang kurang terwakili.


5. Mendorong penggunaan teknologi, seperti aplikasi pemantauan lingkungan, untuk meningkatkan efektivitas program penghijauan.


6. Melaksanakan kampanye kesadaran publik yang lebih luas melalui media sosial dan acara komunitas untuk mengedukasi masyarakat tentang dampak perubahan iklim dan pentingnya penghijauan.


7. Menetapkan mekanisme evaluasi yang jelas terhadap program penghijauan dengan melibatkan masyarakat dalam proses penilaian.



Kesimpulan


Partisipasi gender yang setara dalam gerakan penghijauan sangat penting untuk efektivitas dan keberlanjutan program. Generasi muda, terutama Gen Z, sangat peduli terhadap lingkungan dan aktif dalam gerakan sosial dengan memanfaatkan teknologi serta media sosial. Kolaborasi antara pemerintah, masyarakat, dan sektor swasta diperlukan untuk menghadapi tantangan lingkungan dengan menciptakan infrastruktur yang mendukung, seperti ruang terbuka hijau.


Melalui kampanye pendidikan dan pelatihan keterampilan, masyarakat, khususnya perempuan, dapat diberdayakan untuk berkontribusi secara signifikan. Teknologi dan inovasi dalam pertanian juga dapat meningkatkan efisiensi serta mengurangi jejak karbon. Evaluasi berkala terhadap program penghijauan akan memastikan efektivitas dan penyesuaian yang diperlukan.


Sebagai anak bangsa, kita memiliki tanggung jawab bersama untuk melestarikan lingkungan yang indah ini. Dengan partisipasi aktif dari semua lapisan masyarakat, baik laki-laki maupun perempuan, mari tingkatkan kesadaran akan pentingnya menjaga lingkungan dan bekerja sama untuk menciptakan solusi yang berkelanjutan. Bersama-sama, kita bisa!



Penulis: Syahnia Dwi Arianti

Editor: Redaksi Teras Muda Cianjur


Komentar

Tampilkan

  • Partisipasi Gender dalam Gerakan Penghijauan Lingkungan
  • 0

Terkini