-->

Notification

×

Iklan

Iklan

Masjid Istiqlal: Sejarah Panjang Simbol Kemerdekaan dan Toleransi Beragama

Rabu, 12 Februari 2025 | 00.58 WIB | 0 Views Last Updated 2025-02-11T17:58:13Z


Masjid Istiqlal tidak hanya menjadi masjid terbesar di Asia Tenggara, tetapi juga simbol persatuan dan toleransi beragama di Indonesia. Dibangun pasca-kemerdekaan, masjid ini memiliki sejarah panjang yang mencerminkan perjuangan bangsa Indonesia dalam mempertahankan nilai-nilai kebangsaan dan keislaman.
 
Awal Gagasan dan Pemilihan Lokasi

Setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia pada tahun 1945, muncul gagasan untuk membangun sebuah masjid nasional yang melambangkan kemerdekaan. Ide ini dicetuskan oleh Menteri Agama pertama, Wahid Hasyim, dan Anwar Cokroaminoto, yang kemudian menjadi Ketua Yayasan Masjid Istiqlal.

Pada tahun 1953, dibentuk panitia pembangunan masjid dengan Anwar Cokroaminoto sebagai ketuanya. Usulan ini diajukan kepada Presiden Soekarno, yang menyambut baik gagasan tersebut dan bahkan turut mengawasi langsung proses pembangunannya. Soekarno kemudian diangkat sebagai kepala teknis pengawas pembangunan pada tahun 1954.

Terdapat perdebatan mengenai lokasi masjid ini. Wakil Presiden saat itu, Mohammad Hatta, mengusulkan agar masjid dibangun di kawasan pemukiman di Jalan Thamrin, lokasi yang kini berdiri Hotel Indonesia. Namun, Soekarno memiliki visi yang berbeda. Ia menegaskan bahwa masjid nasional harus berlokasi di pusat kota, dekat dengan Istana Merdeka dan Lapangan Merdeka, sesuai dengan tradisi Jawa yang menempatkan masjid agung di sekitar alun-alun utama.

Selain itu, Soekarno ingin masjid ini berada dekat dengan Gereja Katedral Jakarta dan Gereja Immanuel sebagai simbol harmoni dan toleransi beragama. Akhirnya, diputuskan bahwa Masjid Istiqlal dibangun di area Taman Wijaya Kusuma (sebelumnya Taman Wilhelmina), dengan mengorbankan Benteng Prins Frederick yang dibangun pada tahun 1837.
 
Proses Pembangunan

Peletakan batu pertama Masjid Istiqlal dilakukan oleh Presiden Soekarno pada 24 Agustus 1961. Namun, pembangunan masjid ini menghadapi berbagai tantangan, termasuk dinamika politik yang terjadi di Indonesia pada saat itu. Akibatnya, proses pembangunan memakan waktu hingga 17 tahun.

Masjid ini dirancang oleh Frederich Silaban, seorang arsitek Kristen asal Sumatra Utara yang memenangkan sayembara desain. Desainnya mencerminkan gaya modern dengan sentuhan Islam yang universal. Akhirnya, pada 22 Februari 1978, Masjid Istiqlal diresmikan oleh Presiden Soeharto sebagai masjid nasional Indonesia.

Dengan kapasitas lebih dari 120.000 jamaah, Masjid Istiqlal menjadi yang terbesar di Asia Tenggara dan menjadi ikon kebanggaan nasional.
 
Peristiwa Penting dalam Sejarah Masjid Istiqlal

Masjid Istiqlal beberapa kali mengalami peristiwa penting, termasuk insiden pengeboman. Pada 14 April 1978, sebuah bom meledak di dekat mimbar masjid, meski tidak menimbulkan korban jiwa. Serangan bom kedua terjadi pada 19 April 1999 di ruang bawah tanah masjid, yang menyebabkan kerusakan pada kaca ruang kantor pengurus.

Meskipun mengalami insiden tersebut, Masjid Istiqlal tetap menjadi pusat kegiatan keagamaan, baik nasional maupun internasional. Masjid ini juga sering digunakan sebagai lokasi penyelenggaraan salat Idul Fitri dan Idul Adha yang dihadiri oleh presiden dan pejabat tinggi negara.
 
Renovasi Besar-Besaran (2019-2020)

Pada periode Mei 2019 hingga Juli 2020, Masjid Istiqlal mengalami renovasi besar-besaran dengan biaya sebesar USD 35 juta atau sekitar Rp 511 miliar. Renovasi ini mencakup beberapa aspek, antara lain:
 
  • Pemolesan dan pembersihan eksterior marmer serta ornamen geometris stainless steel.
  • Pemasangan mihrab dan mimbar baru.
  • Modernisasi sistem kelistrikan dan pencahayaan LED.
  • Perbaikan taman, gerbang baru, serta penambahan alun-alun.
  • Pembangunan ruang VIP dan kios pedagang.
  • Penambahan area parkir bawah tanah dua lantai untuk meningkatkan kenyamanan pengunjung.

Renovasi ini menjadikan Masjid Istiqlal semakin megah dan nyaman bagi para jamaah yang datang dari berbagai daerah, bahkan dari luar negeri.
 
Terowongan Silaturahim: Simbol Harmoni Beragama

Salah satu inovasi penting dalam renovasi ini adalah pembangunan Terowongan Silaturahim, yang menghubungkan Masjid Istiqlal dengan Gereja Katedral Jakarta. Terowongan ini dibangun sebagai simbol nyata kerukunan umat beragama di Indonesia.

Pembangunan terowongan ini selesai pada April 2020 dan diresmikan oleh Presiden Prabowo Subianto pada 12 Desember 2024. Terowongan ini semakin menegaskan bahwa Masjid Istiqlal bukan hanya tempat ibadah umat Islam, tetapi juga cerminan dari nilai-nilai Pancasila yang menjunjung tinggi persatuan dan toleransi.
 
Kesimpulan

Masjid Istiqlal adalah lebih dari sekadar tempat ibadah. Ia adalah simbol perjuangan, persatuan, dan toleransi yang mengakar dalam sejarah Indonesia. Dengan sejarah panjangnya yang penuh makna, Masjid Istiqlal akan terus menjadi kebanggaan nasional serta destinasi wisata religi yang menarik bagi wisatawan lokal maupun mancanegara.

Sebagai ikon nasional, keberadaan Masjid Istiqlal mengingatkan kita akan pentingnya menjaga persatuan dan keharmonisan di tengah keberagaman bangsa Indonesia.
×
Berita Terbaru Update