-->

Notification

×

Iklan

Iklan

Mendalami Pesan Abuya Prof. Dr. (HC) KH. M. Muhyiddin Abdul Qodir Al-Manafi, MA: Dakwah Itu Mengajak, Bukan Mengejek

Jumat, 21 Februari 2025 | 09.04 WIB | 0 Views Last Updated 2025-02-21T02:04:51Z
Pimpinan Pesantren Asy-Syifaa Wal Mamudiyyah, Abuya Prof. Dr. (HC) KH. M. Muhyiddin Abdul Qodir Al-Manafi, MA


Dalam sebuah pesan yang penuh hikmah, Pimpinan Pesantren Asy-Syifaa Wal Mamudiyyah, Abuya Prof. Dr. (HC) KH. M. Muhyiddin Abdul Qodir Al-Manafi, MA, dari Sumedang, menekankan tentang pentingnya menjaga prasangka baik, memahami luasnya ampunan Allah, serta menghindari kesombongan dalam beribadah. Pesan beliau juga mengingatkan bahwa dakwah adalah sebuah ajakan menuju kebaikan, bukan alat untuk merendahkan atau mengejek orang lain. Untuk memahami lebih dalam, mari kita bahas makna pesan ini satu per satu.


1. Jangan Berburuk Sangka kepada Orang Beriman

Abuya menegaskan agar kita tidak mudah berburuk sangka kepada orang yang beriman, meskipun secara lahiriah tampak sebagai pendosa. Dalam Islam, prasangka buruk atau su’uzhan merupakan salah satu sifat yang harus dihindari karena dapat menimbulkan fitnah, perpecahan, dan kebencian di antara sesama muslim.

Allah berfirman dalam Al-Qur’an:

"Wahai orang-orang yang beriman! Jauhilah banyak dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa." (QS. Al-Hujurat: 12)


Banyak kisah dalam sejarah Islam yang menunjukkan bahwa seseorang yang tampak buruk di mata manusia, ternyata justru memiliki kedudukan yang mulia di sisi Allah. Oleh karena itu, kita harus berhati-hati dalam menilai seseorang berdasarkan apa yang kita lihat secara kasat mata, karena hanya Allah yang Maha Mengetahui isi hati setiap hamba-Nya.


2. Luasnya Ampunan Allah

Abuya juga menegaskan bahwa kita tidak pernah tahu sejauh mana ampunan Allah diberikan kepada seseorang. Sering kali, manusia tergesa-gesa dalam menilai dan merasa lebih baik dari orang lain. Padahal, Allah adalah Maha Pengampun dan Maha Penyayang.

Nabi Muhammad ﷺ bersabda:

"Sesungguhnya Allah membentangkan tangan-Nya di malam hari untuk mengampuni dosa yang dilakukan pada siang hari, dan membentangkan tangan-Nya di siang hari untuk mengampuni dosa yang dilakukan pada malam hari, hingga matahari terbit dari barat." (HR. Muslim)

Dengan memahami hal ini, kita tidak boleh merasa lebih suci dibanding orang lain. Bisa jadi, seseorang yang hari ini melakukan dosa, kelak mendapatkan hidayah dan bertaubat dengan taubat yang lebih baik dari ibadah kita sendiri.


3. Menjaga Hati dari Kesombongan

Bagian lain dari pesan Abuya adalah peringatan tentang bahaya kesombongan dalam beribadah. Terkadang, seseorang merasa ibadahnya lebih baik dibanding orang lain, sehingga muncul rasa bangga yang berlebihan dan meremehkan orang lain. Ini adalah sikap yang sangat berbahaya, sebagaimana firman Allah:

"Dan janganlah engkau merasa dirimu suci. Dialah yang paling mengetahui siapa yang bertakwa." (QS. An-Najm: 32)

Kesombongan dalam ibadah justru bisa menjadi penghalang diterimanya amal. Dalam sebuah hadits, Nabi ﷺ bersabda:

"Tidak akan masuk surga orang yang di dalam hatinya terdapat kesombongan walaupun seberat biji sawi." (HR. Muslim)


Maka, sikap yang benar adalah tetap rendah hati, selalu berharap ridha Allah, dan tidak merasa amal kita pasti diterima. Sebab, yang menentukan diterima atau tidaknya amal adalah Allah, bukan penilaian kita sendiri.


4. Dakwah Itu Mengajak, Bukan Mengejek

Salah satu pesan utama yang ditekankan oleh Abuya adalah bahwa dakwah adalah upaya untuk mengajak kepada kebaikan, bukan untuk menghina atau merendahkan orang lain. Dalam berdakwah, diperlukan kelembutan dan hikmah, sebagaimana firman Allah:

"Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pengajaran yang baik, dan debatlah mereka dengan cara yang lebih baik." (QS. An-Nahl: 125)

Seorang dai harus menjadi sosok yang menyejukkan, bukan yang mempermalukan atau menyakiti hati orang lain. Menyampaikan kebenaran dengan cara yang kasar dan penuh celaan justru akan membuat orang semakin menjauh dari Islam, bukan mendekat.

Rasulullah ﷺ adalah contoh terbaik dalam berdakwah. Beliau menghadapi berbagai tantangan, termasuk cercaan dan penolakan, tetapi tetap membalasnya dengan kelembutan. Dalam sejarah, banyak orang yang masuk Islam karena akhlak Rasulullah yang penuh kasih sayang.


Kesimpulan

Pesan Abuya Prof. Dr. (HC) KH. M. Muhyiddin Abdul Qodir Al-Manafi, MA, adalah pengingat bagi kita semua agar selalu menjaga prasangka baik, menyadari luasnya ampunan Allah, menjauhi kesombongan dalam beribadah, serta menyampaikan dakwah dengan penuh hikmah dan kelembutan. Dengan memahami dan mengamalkan pesan ini, insyaAllah kita bisa menjadi muslim yang lebih baik, lebih rendah hati, dan lebih bijak dalam berinteraksi dengan sesama.

Semoga Allah memberikan kita keistiqamahan dalam beribadah dan menjadikan kita hamba-Nya yang senantiasa mendapatkan hidayah dan rahmat-Nya. Aamiin.



×
Berita Terbaru Update