-->

Notification

×

Iklan

Iklan

Sejarah Cianjur 32 : Menyelamatkan Aom Jamu Calon Bupati Sumedang

Selasa, 04 Februari 2025 | 22.25 WIB | 0 Views Last Updated 2025-02-04T15:25:20Z

 


Pangeran Kornel adalah bupati Sumedang yang terkenal karena tindakan heroiknya membela rakyat atas kesewenangan Deandels. Gubernur Jenderal Deandels yang tengah membangun jalan 1000 Km dari Anyer ke Panarukan itu, terhalang dengan adanya gunung Cadas didaerah Sumedang.


Deandels lalu memerintahkan agar bupati Sumedang dan rakyat Sumedang “ ngabobok” gunung cadas itu, walaupun hanya dengan peralatan sederhana linggis, pacul dan balincong. Selain itu Deandels hanya memberika waktu 10 hari kepada rakyat Sumedang agar gunung cadas dapat dibobok. Akibat perintah ini, ratusan rakyat Sumedang tewas masuk kedalam jurang karena tidak didukung peralatan yang memadai.


Melihat kondisi itu, Pangeran Kornel melakukan protes yang gagah berani kepada Deandels yang terkenal dengan sebutan Jenderal Mas Galak itu. Saat tiba di Sumedang Deandles yang mengajak bersalaman, diterima dengan sambutan tangan kiri Pangeran Kornel, sementara itu tangan kanan Pangeran memegang keris Nagasastra warisan Prabu Geusan Ulun Raja Sumedang.


Diluar dugaan, menanggapi sikap Pangeran Kornel, Gubernur Jenderal Deandels tidak murka ia malah menanyakan keinginan Pangeran Kornel. Bupati Sumedang ini lalu meminta agar proyek pemugaran cadas tidak melibatkan rakyat Sumedang karena mengakibatkan banyak korban jiwa. Usulan itu diterima Deandles, selanjutnya pekerjaan itu dikerjakan pasukan zeni Belanda dengan menggunakan peledak.


Mengabadikan keberanian Pangeran Kornel, tempat tersebut dikenal dengan sebutan Cadas Pangeran dan sejak beberapa tahun lalu dibuatkan patung Pangeran Kornel yang sedang menerima salaman tangan kanan Deandels dengan tangan kirinya.


Namun ternyata, sebelum menjadi bupati Sumedang terkenal, sejarah mencatat bahwa Pangeran Kornel pernah dilindungi Dalem Enoh Bupati Cianjur dari upaya pembunuhan. Kisah hidup Pangeran Kornel / Pangeran Kusumadinata terdapat dalam buku sejarah bupati Sumedang yang dicetak Museum Prabu Geusan Ulun Sumedang dan buku sejarah Cianjur yang disusun Bayu Surianingrat.


Dikisahkan, Raden Suranagara atau Aom Jamu adalah putra bupati Sumedang Dalem Adipati Surianagara II ( 1761- 1765). Ketika ayahnya wafat, Aom Jamu masih remaja sehingga kedudukan bupati Sumedang dijabat Dalem Panungtung / Dalem Adipati Surialaga I (1765- 1773).


Dalem Panungtung wafat memiliki putra yakni Raden Ema yang juga masih kecil. Maka karena dua putra bupati belum dianggap dewasa menduduki jabatan bupati, penjajah Belanda menugaskan Bupati Parakanmuncang sebagai bupati panyelang. Bupati panyelang yang pertama diangkat adalah Raden Adipati Wiratanubaya (1773-1791). Dan ketika Dalem Wiratanubaya wafat, ia digantikan oleh menantunya yakni Rd. Adipati Patrakusumah (1789-1791).


Raden Suranagara dinikahkan dengan Raden Ayu Rajaningrat putri Dalem Patrakusumah. Namun kendati kepada menantunya, Dalem Patrakusumah tidak juga memberikan jabatan bupati Sumedang kepada Raden Suranagara, malah Patrakusmah berniat jahat kepada menantunya agar dapat tetap menjadi bupati Sumedang. Lalu atas saran Dalem Surianagara I kakeknya, Aom Jamu meloloskan diri dari Sumedang menuju daerah Cianjur Selatan tepatnya dikampung Kalapa Nunggal distrik Surawenang (Ciciug).


Lambat laun keberadaan Aom Jamu di Kalapa Nunggal akhirnya diketahui Raden Astra mandor kopi yang kemudian melaporkan kepada bupati Cianjur Rd. Adipati Wira Tanu Datar IV (Dalem Enoh). Bupati Cianjur bersikap bijaksana, Aom Jamu dibawa ke pendopo Cianjur diperlakukan layaknya sebagai keluarga bupati.


Selama di Cianjur, Aom Jamu pernah menjadi santri dipesantren Ciajag Pasir Hayam Cianjur, dan berguru Maen po kepada Mbah Khaer di kampung Kamurang Mande. Oleh bupati Cianjur Aom Jamu dinikahkan dengan Nya Lenggang Kusumah cucu Dalem Dicondre. Lenggah Kusumah adalah anak tiri Raden Rangga Gede Wedana Cikalong. Ketika Rangga Gede diangkat menjadi Bupati Bogor, Raden Suranagara diangkat menjadi wedana Cikalong menggantikan mertuanya.


Pada tahun 1791 Panyelang Bupati Sumedang Adipati Patraksumah diberhentikan sebagai bupati Sumedang karena terlibat kesalahan dan diasingkan ke Batavia hingga wafatnya. Jabatan bupati Sumedang lalu dijalankan Aria Sacapati Patih Sumedang, Sacapati kemudian menyurati bupati Cianjur Wira Tanu Datar VI agar mengusulkan kepada Belanda supaya Raden Suranagara diangkat menjadi bupati Sumedang. Usulan bupati Cianjur dikabulkan, Raden Suranagara kemudian dilantik sebagai bupati Sumedang dengan gelar Pangeran Kusumadinata.


Setelah menjadi bupati Sumedang, keberanian Pangeran Kusumadinata memadamkan berbagai pemberontakan mendapat penghargaan Belanda dengan memberinya pangkat Kolonel, oleh rakyatnya ia disebut Pangeran Kornel yang asalnya dari kata kolonel. Dan sebagai balas budi atas kebaikan bupati Cianjur Wira Tanu Datar VI, Pangeran Kornel mengangkat anak Raden Abas putra bungsu Dalem Enoh dan membawanya ke Sumedang sejak berumur 4 tahun.


(Bupati Sumedang Pangeran Kusumahdinata / Pangeran Kornel yang pernah diselamatkan oleh Bupati Cianjur Rd. Aria Wiratanu Datar VI / Dalem Enoh dari usaha pembunuhan, foto Lukisan dari Museum Prabu Geusan Ulun Sumedang).


Sumber:

Cianjur dari Masa ke Masa ( Fakta Sejarah dan Cerita Rakyat ) | Yayasan Dalem Aria Cikondang Cianjur. 2020


Penyusun:

R. Luki Muharam, SST


Editor :

R. Pepet Djohar

Dr. Dadang Ahmad Fajar,

M.Ag Memet Muhammad Thohir

×
Berita Terbaru Update