-->

Notification

×

Iklan

Iklan

Sejarah Cianjur 34: Bupati Cianjur ke 7, Raden Wiradireja / RAA. Prawiradireja I (Regent : 1813 –1833).

Selasa, 11 Februari 2025 | 01.38 WIB | 0 Views Last Updated 2025-02-15T15:56:14Z




Raden Wiradireja adalah bupati Cianjur yang tidak menggunakan gelar Wira Tanu Datar. Raden Wiradireja adalah cucu dari bupati Cianjur Dalem Muhyidin / Rd. Adipati Wira Tanu Datar V karena ia putra Nyai Raden Tanjungnagara putri Dalem Muhyidin yang menikah dengan Raden Mangkupraja cucu Dalem Sabirudin / Rd. Adipati Wira Tanu Datar IV.

Pengangkatan Raden Wiradireja sebagai bupati Cianjur atas usulan para sesepuh Cianjur saat itu yakni Raden Haji Jayanagara, Raden Aria Wasitareja, dan seorang pejabat Belanda bernama Prisye. Usulan ini diajukan karena putra sulung Raden Adipati Wira Tanu Datar VI / Dalem Enoh yakni Aria Wiranagara / Aria Cikalong dianggap tidak layak untuk diangkat menjadi Bupati Cianjur karena berbagai tingkah lakunya yang melanggar norma.

Aria Cikalong memiliki sifat yang bengis, dan kejam dalam bertindak, malah sangat bertentangan dengan prikemanusiaan. Rakyat atau pejabat yang dianggapnya bersalah akan dihukum dengan semena- mena. Candra Praja dan Asta Depa misalnya, karena mencuri kuda oleh Aria Cikalong dihukum mati dengan memenggal kepala mereka. Manu Kontra seorang jaksa yang dianggap salah dalam memutuskan hukuman, dipukuli dengan rotan hingga tewas. Malah untuk kesalahan kecil saja. Aria Cikalong akan memberikan hukuman seperti terhadap perempuan yang tinggal di pendopo bila bepergian dengan laki-laki tanpa seijinnya.

Kendati begitu Aria Cikalong pernah menduduki jabatan yang cukup penting yakni sebagai Wedana dan Patih Cianjur, namun sayangnya selama memangku jabatan itu tidak mengubah prilakunya yang kejam.

Aria Cikalong digantikan adiknya yakni Raden Aria Nata Negara. Lagi-lagi putra kedua Dalem Enoh ini bertabiat tidak semestinya sebagai pejabat pemerintahan. Nata Negara gemar melucu namun ia lakukan dengan berlebihan, suatu ketika ia memerintahkan bawahannya untuk memasak puluhan ekor ayam, namun setelah masak ia tidak memakannya, ayam- ayam yang telah dimasak itu ia mainkan bagaikan wayang, dan dibanting bantingkan hingga berserakan.

Suatu ketika ia mengumpulkan belasan anak-anak dan menyuruhnya membuat lingkaran, Nata Negara lalu duduk ditengah lingkaran dan membuat cerita dan gerak lucu agar anak-anak tertawa. Setelah selesai ia melumuri tubuh anak-anak itu dengan tanah yang hanya menyisakan bagian matanya, setelah kegiatan itu anak- anak tersebut diberinya uang. Dan apabila bercermin Nata Negara suka melucu sendiri, dengan gerakan wajah yang dijelek jelekan hingga membuatnya seperti orang tidak waras.

Maka atas pertimbangan tersebut para sesepuh Cianjur mengusulkan Raden Wiradireja yang saat itu menjabat Patih Cianjur menjadi Bupati Cianjur menggantikan Dalem Enoh yang wafat. Pada tanggal 18 April 1813 Raden Wiradireja diangkat menjadi Bupati Cianjur / Regent dengan gelar Tumenggung Wiradireja. Tiga tahun kemudian tepatnya tanggal 1 Maret 1816 Raden Wiradireja disetujui VOC menggunakan gelar Raden Adipati Prawiradireja (I). Oleh Prawiradireja hutang-hutang Dalem Enoh yang mencapai F 100 000 dilunasinya, sebagai imbalannya ia meminta seluruh perabot yang ada di pendopo menjadi miliknya, oleh VOC disetujui.

Pada tahun 1795 VOC bangkrut, karena tidak sanggup lagi membayar hutang kepada Kerajaan Belanda. Sejak saat itu Cianjur langsung dijajah pemerintah Kerajaan Belanda. Setelah diserahkan kepada Pemerintah Kerajaan seluruh wilayah nusantara yang semula dijajah VOC disebut Nederlands Indie, dalam bahasa Indonesianya Hindia Belanda.

Bagi rakyat nusantara, sebetulnya tidak ada bedanya dijajah VOC atau Kerajaan Belanda demikian juga dengan Cianjur. Namun dengan peralihan itu, Adipati Prawiradireja adalah Regent pertama yang diangkat pada masa Hindia Belanda. Adipati Prawiradireja memiliki 39 putra, diantanya adalah Raden Tumenggung Wiranagara kumetir kultur kopi dan Raden Rangga Kusumahningrat Patih Cianjur yang nantinya menggantikan Prawiradirja sebagai Bupati Cianjur dengan gelar RAA. Kusumaningrat / Dalem Pancaniti.

Prawiradirja mengajuan pensiun sebagai bupati Cianjur tahun 1833, semula ia mengajukan Wiranagara anaknya sebagai sebagai bupati Cianjur. Namun usulan itu ditolak Belanda akibat prilaku Wiranagara yang buruk . Dalem Pancaniti dalam Babad Cianjur yang disusunnya menceritakan bagaimana tingkah laku kakaknya yang mengakibatkan tidak disetujui Belanda diangkat sebagai bupati Cianjur, ternyata Wiranagara gemar meninggalkan tugas hanya untuk kesukaannya berburu rusa, memancing ikan dan berjudi.


Tempat Magang Calon Bupati.

Pada pemerintahan RAA. Prawiradirdja I, Kabupaten Cianjur sering dijadikan contoh keberhasilan dalam hal pembangunan oleh daerah lainnya. Maka tidak mengherankan Bupati lainnya di Jawa Barat diantaranya mengirimkan anak- anaknya untuk belajar tentang segala hal tentang pemerintahan di Cianjur, diantaranya adalah Pangeran Sugih / Pangeran Suria Kusumah Adinata Bupati Sumedang (1836 – 1882). Ketika masih remaja Pangeran Sugih sempat magang di Cianjur diantaranya menjadi pengawas perkebunan kopi dan jabatan lainnya.



Sumber:

Cianjur dari Masa ke Masa ( Fakta Sejarah dan Cerita Rakyat ) | Yayasan Dalem Aria Cikondang Cianjur. 2020


Penyusun:

R. Luki Muharam, SST


Editor :

R. Pepet Djohar

Dr. Dadang Ahmad Fajar,

M.Ag Memet Muhammad Thohir

×
Berita Terbaru Update