Ada pepatah Sunda yang berbunyi, "Hirup mah ukur numpang, maot mah pasti datang." Hidup ini hanya sementara, sementara kematian adalah kepastian. Lantas, untuk apa kita hanya sibuk memperbaiki ekonomi, tapi lupa memperbaiki ibadah kita?
Salah Paham dalam Menjalani Hidup
Sering kali kita salah paham. Kita mengira bahwa kebahagiaan sejati datang dari banyaknya uang, tingginya jabatan, atau luasnya rumah yang dimiliki. Tidak jarang kita merasa bangga ketika pendapatan meningkat, bisnis lancar, atau tabungan bertambah. Namun, apakah semua itu menjamin ketenangan hati?
Berapa banyak orang kaya yang justru merasa gelisah? Betapa banyak orang yang memiliki segalanya, tetapi masih merasa ada yang kurang dalam hidupnya? Itu karena ketenangan sejati tidak datang dari materi, melainkan dari hati yang dekat dengan Allah.
Allah berfirman dalam Al-Qur’an:
"Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram." (QS. Ar-Ra'd: 28)
Lalu, bagaimana bisa hati merasa tenteram jika kita sering lalai dalam sholat?
Sholat: Kunci Hidup yang Berkah
Sholat bukan sekadar kewajiban, melainkan sebuah kebutuhan. Ketika kita menjaga sholat, kita sedang membangun koneksi dengan Allah, Sang Pemberi Rezeki. Jika hubungan dengan-Nya baik, maka kehidupan pun akan dimudahkan.
Banyak orang berusaha memperbaiki ekonomi dengan segala cara, bahkan hingga melupakan sholat. Padahal, rezeki itu bukan hanya soal uang. Ada rezeki yang berbentuk kesehatan, keluarga yang harmonis, dan ketenangan batin—hal-hal yang tidak bisa dibeli dengan harta.
Ada pepatah Sunda lain yang mengingatkan kita: "Duit bisa dicari, tapi berkah teu sagawayah bisa dipundi." Artinya, uang bisa dicari, tapi keberkahan tidak bisa didapatkan sembarangan. Maka, daripada hanya sibuk mencari uang, mengapa tidak kita mulai dengan memperbaiki sholat terlebih dahulu?
Jangan Sampai Salah Fokus
Ekonomi memang penting, tetapi sholat jauh lebih penting. Rasulullah ﷺ bersabda:
"Amalan pertama yang dihisab dari seorang hamba di hari kiamat adalah sholatnya. Jika baik sholatnya, maka baik pula seluruh amalannya. Jika buruk sholatnya, maka buruk pula seluruh amalannya." (HR. Tirmidzi)
Wargi, kita boleh sibuk bekerja, tetapi jangan sampai meninggalkan sholat. Kita boleh mengejar rezeki, tetapi jangan sampai melupakan Pemberi Rezeki. Jangan sampai kita terlalu sibuk memperbaiki dunia, tapi lupa memperbaiki akhirat. Sebab, ekonomi bisa naik turun, tapi amal sholeh akan menjadi bekal selamanya.
"Barangsiapa yang dunia adalah ambisinya, maka Allah akan menghancurkan kekuatannya, menjadikan kemiskinan di depan matanya dan dunia tidak akan datang kepadanya kecuali apa yang telah Allah takdirkan. Dan barangsiapa akhirat adalah tujuannya, maka Allah akan menguatkan urusannya, menjadikan kekayaannya pada hatinya dan dunia datang kepadanya dalam keadaan tunduk." (HR Ibnu Majah)
Mari kita renungkan dan perbaiki. Karena pada akhirnya, "Urang bakal maot teu mawa harta, tapi mawa amal sholeh."
Kesimpulan
Jika selama ini kita lebih fokus pada memperbaiki ekonomi daripada memperbaiki sholat, mungkin sudah saatnya kita mengubah prioritas. Bukan berarti kita harus meninggalkan pekerjaan atau usaha, tetapi kita harus memastikan bahwa ibadah tetap menjadi yang utama.
Semoga kita semua diberikan hidayah untuk selalu menjaga sholat, karena di sanalah letak ketenangan, keberkahan, dan kebahagiaan sejati. Aamiin.
Mari kita renungkan dan perbaiki. Karena pada akhirnya, "Urang bakal maot teu mawa harta, tapi mawa amal sholeh."
Kesimpulan
Jika selama ini kita lebih fokus pada memperbaiki ekonomi daripada memperbaiki sholat, mungkin sudah saatnya kita mengubah prioritas. Bukan berarti kita harus meninggalkan pekerjaan atau usaha, tetapi kita harus memastikan bahwa ibadah tetap menjadi yang utama.
Semoga kita semua diberikan hidayah untuk selalu menjaga sholat, karena di sanalah letak ketenangan, keberkahan, dan kebahagiaan sejati. Aamiin.