Menyusul dugaan keracunan massal yang dialami puluhan siswa MAN 1 Cianjur setelah mengonsumsi makanan dari program Makanan Bergizi Gratis (MBG), pihak Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) Limbangsari, Kecamatan Cianjur, akhirnya angkat bicara.
Kepala SPPG Limbangsari, Fahri Zulfikar Lubis, memberikan klarifikasi terkait insiden tersebut. Ia menegaskan bahwa seluruh proses pengolahan makanan dilakukan dengan pengawasan ketat dan telah mengikuti Standar Operasional Prosedur (SOP).
“Saya sebagai Kepala SPPG Limbangsari merespons isu dugaan keracunan di MAN 1 Cianjur. Berdasarkan kronologi internal kami, seluruh proses dari pengolahan, pengemasan, hingga distribusi telah sesuai prosedur,” kata Fahri kepada awak media, Senin (21/4/2025) malam.
Fahri menjelaskan, bahan baku yang digunakan untuk program MBG dicuci bersih, dimasak sesuai standar higienitas, kemudian dikemas secara steril sebelum didistribusikan ke sekolah-sekolah.
Ia juga menambahkan bahwa sejauh ini, hanya MAN 1 Cianjur yang melaporkan kasus dugaan keracunan, sementara sekolah lain yang menerima paket MBG dari SPPG Limbangsari tidak mengalami keluhan serupa.
“Sekolah lain yang juga menerima MBG dari kami tidak melaporkan adanya gejala atau keluhan dari siswa,” ujarnya.
Pemeriksaan Masih Berlangsung
Sementara itu, Dinas Kesehatan Kabupaten Cianjur masih terus melakukan pendataan terhadap jumlah siswa yang mengalami gejala serta memeriksa sampel makanan dan muntahan korban untuk uji laboratorium. Hingga pukul 21.00 WIB, tercatat sebanyak 38 siswa dirawat di rumah sakit.
Pihak sekolah dan pemerintah setempat masih menunggu hasil pemeriksaan laboratorium untuk memastikan penyebab pasti dugaan keracunan.
Kepala MAN 1 Cianjur, Erma Sopiah, sebelumnya menjelaskan bahwa makanan yang dibagikan kepada siswa terdiri dari nasi, mi, ayam suwir, dan semangka. Ia menyatakan pihak sekolah belum bisa mengambil kesimpulan tanpa hasil uji laboratorium.